Laman

Selasa, 13 Maret 2012

Menangis diatas batu karang


Aku berlutut di bantalan bangku gereja yang ada tepat di depan mimbar. Sementara imam mendaraskan Doa Syukur Agung, aku berjuang agar air mata yang mulai menggenangi kedua bola mataku tidak menetes. Rongga hidungku yang mulai basah menyebabkan terdengarnya suara-suara dalam setiap tarikan napasku. Aku tak ingin wanita yang duduk disebelah kananku melihatku menangis. Ya, aku ingin menangis. Jika saja aku tak berusaha untuk menahannya, tentulah dengan mudahnya air mata ini meleleh membasahi pipiku.