Dahulu seorang naif mempunyai impian
Impian yang dicatatnya agar tak terlupa
Impian yang senantiasa disebutnya dalam doa
Impian yang seakan mulia
Pernah ia merasa sudah sejengkal dari impiannya
Namun tetiba semua terenggut begitu saja
Selaksa waktu ia terus mencari
Memungut serpihan mimpi yang terserak
Coba menyusun kembali keping demi keping
Pernah sesaat ia patah arang
Berjalan tertatih di lorong gelap
Meratapi hidup tak bersanding impian
Tak berujung
Hingga tiba suatu masa
Hidup menghadiahinya kado terindah
Impian jatuh di pangkuannya
Didekapnya erat tak mau terlepas
Rasa bahagia membuncah di dada
Puja puji syukur tak putus terlantun
Hingga masa terus bergulir
Tiada sadar menggerus keindahan itu
Kini hatinya patah
Yang diduga indah nyatanya berbeda
Jalan yang diangan mudah nyatanya terjal
Kakinya kini penuh luka
Tergores, tertusuk, tersayat, berdarah
Rasa cinta berubah menjadi amarah
Ingin mengadu tak tahu kemana
Hanya bertanya mengapa dan mengapa
Kini ia mempertanyakan
Benarkah ini impiannya?
Saat diraih mengapa tak lagi indah
Yang pada dirinya perlahan hilang
Di mana kini cita dan cintanya
Imannya pun dipertanyakan
Yang tersisa hanya Tuhannya
Catatan sebuah hati 03092022