Aku berlutut di bantalan bangku gereja yang ada tepat di depan mimbar. Sementara
imam mendaraskan Doa Syukur Agung, aku berjuang agar air mata yang mulai
menggenangi kedua bola mataku tidak menetes. Rongga hidungku yang mulai basah
menyebabkan terdengarnya suara-suara dalam setiap tarikan napasku. Aku tak ingin wanita yang
duduk disebelah kananku melihatku menangis. Ya, aku ingin menangis. Jika saja
aku tak berusaha untuk menahannya, tentulah dengan mudahnya air mata ini
meleleh membasahi pipiku.