Aku berlutut di bantalan bangku gereja yang ada tepat di depan mimbar. Sementara
imam mendaraskan Doa Syukur Agung, aku berjuang agar air mata yang mulai
menggenangi kedua bola mataku tidak menetes. Rongga hidungku yang mulai basah
menyebabkan terdengarnya suara-suara dalam setiap tarikan napasku. Aku tak ingin wanita yang
duduk disebelah kananku melihatku menangis. Ya, aku ingin menangis. Jika saja
aku tak berusaha untuk menahannya, tentulah dengan mudahnya air mata ini
meleleh membasahi pipiku.
Tak hanya hari ini aku berjuang menahan tangis saat misa kudus sedang
berlangsung. Kemarin, saat aku mengikuti misa harian, aku pun mengalami hal
yang sama. Kalau kemarin aku merasakan sukacita dan terharu saat sedang
dilaksanakannya prosesi inisiasi tahap pertama bagi para katekumen, yaitu saat
satu persatu dari mereka maju kedepan altar untuk ditandai salib pada dahi oleh
imam dan para katekis. Terlebih lagi saat seorang pria yang sudah lanjut
usianya maju tertatih-tatih dengan bantuan sebuah tongkat, bahkan sempat hampir
jatuh. Aku merasakan suatu perasaan yang meluap-luap dari dalam hatiku hingga
menimbulkan perasaan merinding. Entah mengapa, ada perasaan bangga melihat calon
anggota-anggota baru dalam Gereja Katolik itu.
Sedangkan hari ini aku merasa sedih karena Gereja kehilangan seorang
imamnya. Imam yang memimpin perayaan Ekaristi mengajak kami yang hadir dalam
misa harian untuk berdoa bagi jiwa seorang imam SVD muda yang berpulang ke
pangkuan Bapa akibat mengalami kecelakaan lalu lintas saat sedang bertugas
di Kalimantan Barat. Ah...aku merasa sedih dan sangat kehilangan. Terimalah jiwanya
di sisiMu dan ampunilah segala dosa-dosanya, ya Allahku.
Sebenarnya hari ini bukanlah kali kedua aku menangis didalam misa kudus. Sebelumnya
aku pernah beberapa kali menangis saat sedang konsekrasi. Entah mengapa, air
mata ini tak terbendung lagi saat memandang Tubuh dan Darah Kristus. Tak sempat
lagi ada rasa malu. Semua terjadi begitu saja tanpa bisa dikontrol.
Menangis... Bagiku menangis di saat misa kudus adalah sesuatu yang harus
disyukuri. Bagiku itu adalah bentuk sapaan, pembuktian, dan peneguhan dari
Allah. Memang seringkali aku berdoa memohon padaNya untuk menguatkan imanku dan
bagiku perasaan-perasaan yang tak dapat dijelaskan dengan kata-kata ini adalah
sesuatu yang menguatkan imanku. Tidak dapat dijelaskan, hanya dapat dirasakan. Bahwa inilah yang benar!!! Dan
air mata ini adalah suatu perwujudan dari perasaan yang memenuhi hatiku itu. Pada
akhirnya dari sana lahirlah suatu perasaan bangga...bangga menjadi bagian dari
Gereja Katolik. Karenanya aku merasakan sukacita saat GerejaMu menyambut
anggota baru dan aku merasakan sedih saat GerejaMu kehilangan anggotanya.
Aku sungguh bersyukur menjadi bagian dari Gereja yang Kaudirikan diatas
batu karang Petrus ini, ya Allahku. Terima kasih Tuhan karena Engkau telah
memanggilku. Biarlah sampai akhir aku menangis diatas batu karang ini... Amin.
**hati yang bersyukur - 13 Maret 2012**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar