Aku berada dalam keadaan antara sadar dan tidak. Kurasakan nyeri di bagian
ulu hatiku. Mataku masih terpejam. Rasanya seperti mimpi tapi rasa sakit ini
terasa begitu nyata. Akhirnya setelah beberapa menit berlalu, kesadaran penuh
mulai menghinggapiku. Rasa nyeri masih terasa. Oh...tidak!!! Sakit maagku
kambuh. Itulah yang pertama kali singgah di pikiranku saat rasa nyeri ini tak
juga sirna setelah kutunggu beberapa saat.
Kulihat jam diatas meja, waktu menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Oh...tidak!!!
Kenapa selalu sakit menyerangku pada jam-jam segini? Pada jam-jam orang normal
masih terlelap.
Kutunggu beberapa saat sambil tetap berbaring diatas kasur. Berharap rasa
nyeri ini segera mereda. Ternyata harapanku tidak terkabul. Rasa nyeri ini
semakin hebat dan aku semakin tidak tahan. Akhirnya aku pun berjalan menuju
lemari es yang ada di depan kamarku. Aku ingat ada obat maag yang biasa kukonsumsi
jika sakit maag menyerangku. Sebenarnya obat itu milik seorang teman kos yang
sedang mudik, tapi karena sudah tak tahan lagi akhirnya aku pun mencuri minum
obat itu.
Bukannya semakin mereda, tapi rasa mual dan rasa melilit semakin kurasakan.
Aku pun keluar masuk kamar mandi mengeluarkan isi perutku dari atas dan
bawah...alias muntah-muntah dan diare berkali-kali. Oh...tidak!!! Sepertinya
sakitku serius. Penyakit langgananku kembali menyerangku setelah sekian lama
tidak kambuh. Gejala semacam ini sudah beberapa kali menyerangku, membuatku
beberapa kali keluar masuk UGD dan sudah 4 kali menyebabkan aku harus dirawat
inap di rumah sakit. Dua kali divonis infeksi saluran pencernaan, sisanya
thypus. Oh...tidak!!! Jangan-jangan aku kena thypus lagi untuk ketiga kalinya???
Yang benar saja... Harus opname lagi??? Oh...tidaaakkk!!!
Aku pun mengingat-ingat...kenapa ya kok aku bisa tiba-tiba sakit seperti
ini lagi? Yang aku ingat terakhir kali aku makan penyetan di sanggar. Apa gara-gara
itu ya? Padahal biasanya aku makan juga nggak
kenapa-napa. Apa gara-gara masuk angin ya? Beberapa hari terakhir ini kan memang aku kehujanan terus gara-gara
malas pakai jas hujan. Ah entahlah...aku tidak tahu. Yang aku tahu dengan pasti
adalah tubuhku semakin melemah karena dehidrasi. Setiap cairan yang masuk
kedalam lambungku hanya bertahan beberapa menit saja, lalu dengan suksesnya
keluar lagi berupa muntahan. Isi lambungku benar-benar sudah terkuras habis,
buktinya hanya cairan asam lambung yang kumuntahkan. Berjalan pun sudah tidak
bisa tegak lagi, membungkuk-bungkuk seperti udang karena menahan rasa nyeri di
ulu hati. Obat ‘curian’ yang kuminum berkali-kali tidak menunjukkan reaksi
apa-apa. Hiks...
Aku tak tahu harus melakukan apa. Teman-teman kosku pada mudik semua. Apakah
aku harus membangunkan ibu kosku pada jam segini? Sungkan sekali rasanya. Ataukah
aku harus menelepon kakakku? Aku bingung dan kesakitan. Karena tak tahan akhirnya
aku pun menangis. Aku menangis dalam kesendirian dan kesakitanku. Aku pun mulai
berdoa mohon Tuhan meredakan sakitku ini.
Tiba-tiba terbersit pertanyaan dalam pikiranku. Apakah Tuhan sedang
menegurku saat ini? Beberapa hari terakhir ini memang aku tidak berdoa malam
sebelum tidur. Karena rasa capek dan mengantuk akibat beraktivitas sepanjang
hari, maka aku pun memilih langsung tidur dan malas menyapaNya dalam doaku. Ucapan
terima kasih atas penyertaan dan perlindunganNya di sepanjang hariku walaupun
sepatah katapun tidak ada. Aku berpikir, ahh...Tuhan pasti memaklumi.
Tapi apa yang terjadi saat ini? Disaat aku mengalami sakit aku mulai berdoa
padaNya, merengek-rengek mohon kesembuhan padaNya. Padahal saat aku sedang
sehat meluangkan waktu semenit pun enggan. Pasti Tuhan berkata, “Lalu kemana
saja kau selama ini nak? Kok setelah sakit sekarang baru datang kepadaKu?” Ahh...aku
malu sekali.
Tuhan, aku menyesal. Aku kapok. Kasihani dan ampunilah aku, ya Allahku. Aku
berjanji tidak akan malas berdoa lagi. Meski capek dan mengantuk aku akan
menyempatkan diri untuk menyapaMu dalam doa. Demikian kuserukan penyesalan dan janjiku
berulang-ulang dalam doaku malam ini.
Aku tidak tahu apakah memang benar Tuhan sedang menegurku melalui sakitku
ini. Tapi yang pasti aku sudah disadarkan melalui sakitku. Bahwa seringkali aku
datang kepadaNya hanya disaat aku sedang membutuhkan pertolonganNya. Tetapi pada
saat aku sedang sehat, sedang gembira, sedang merasa cukup, aku seringkali
tidak ingat padaNya, mulai melupakan doa, mulai menjauh dariNya. Ahh...sungguh
memalukan. Tuhan hanya sebagai tambal butuh saja. Ampunilah aku, ya Allah...aku
menyesal...
** Memori 5 April 2012 **
Tidak ada komentar:
Posting Komentar