Malam ini entah
mengapa aku ingin mengalami keromantisan. Ingin rasanya hati ini
berbincang-bincang dengan Sang Pencipta dalam suasana yang berbeda. Aku ingin berbincang
denganNya melalui alam. Malam belum lama mengusir senja. Kulangkahkan kakiku meninggalkan kamar
dan berjalan menuju balkon di lantai 2. Udara sejuk segera saja mendinginkan
pori-pori kulitku yang sedikit kegerahan.
Kutengadahkan
kepalaku dan pandangan mataku menyapu langit malam. Malam ini langit terlihat sedikit berbeda
di mataku. Tampak lebih semarak. Kerlap kerlip bintang nampak menghiasi
gelapnya langit meski tak nampak wajah
sang rembulan. Semburat
cahaya menyapu batas cakrawala. Begitu indah.
Kupandangi bintang
satu persatu. Semakin kuperhatikan semakin banyak bintang yang tertangkap oleh
indera penglihatanku. Ada yang cahayanya begitu terang. Ada yang tidak seberapa
terang. Ada yang redup. Ada yang nampak besar. Ada yang tidak seberapa besar. Ada yang sangat
kecil dan hampir tak terlihat sehingga butuh fokus ekstra untuk dapat
menemukannya bersembunyi diantara kelamnya langit. Kerlap kerlip cahaya lampu
pesawat yang hilir mudik turut menyemarakkan langit malam, semakin menambah
keindahan.
Aku begitu
terpesona dengan langit di hadapanku malam ini. Kurasakan
aku begitu kecil di hadapan semesta. Begitu agung dan dahsyat karya tanganNya. Sambil kuamati bintang gemintang itu, aku pun berbincang denganNya
dalam hatiku. Kumohon agar Dia berbicara kepadaku melalui bintang-bintang itu. Ada perasaan
berbeda menyeruak keluar dari dalam hatiku. Sukar diungkapkan dengan kata-kata.
Ada perasaan haru. Ada perasaan kagum. Ada perasaan tenang. Aku merasa seperti
Tuhan ada disana, melebur diantara kelamnya langit dan kerlip bintang. Tak
terasa air mata pun mengalir begitu
saja.
Diantara gelapnya
langit malam, bintang-bintang itu memancarkan cahayanya. Membawa terang
diantara kegelapan. Membuat yang hitam menjadi indah. Baik yang sangat terang,
yang kurang terang, maupun yang sangat redup sama-sama berkontribusi
menciptakan keindahan. Semuanya saling melengkapi. Jika sebuah bintang bersinar
sangat terang namun hanya ada dirinya, tentu akan sepi dan kurang indah.
Tuhan, aku belum
menemukan apa panggilan hidupku di muka bumi ini. Dan seringkali hal itu
menggelisahkan hatiku. Seringkali aku bertanya padaMu tapi tak kutemukan jawab
itu. Aku terus berlari kian kemari untuk mencari. Seringkali aku merasa lelah
dan putus asa. Mungkin butuh waktu sedikit lagi atau butuh penantian yang masih lama
lagi untuk mendapatkan jawaban itu. Aku tidak tahu. Tapi malam ini, sembari
menunggu saat itu tiba, aku tahu kalau aku bisa menjadi bintang. Ya, aku ingin menjadi bintang. Aku ingin
bercahaya diantara kegelapan. Aku ingin memberikan keindahan.
Tuhan, jadikanlah
aku bintang. Meski hanya sebuah bintang semu yang tidak menghasilkan cahayanya
sendiri tetapi hanya memantulkan cahaya yang diterima dari bintang lain. Ya,
aku ingin memantulkan cahaya IlahiMu diantara kegelapan dunia ini. Aku ingin
memantulkan belas kasihMu kepada sesamaku yang merasakan kegelapan. Hanya Engkaulah bintang nyata itu, sumber
cahaya yang sesungguhnya.
Dunia yang semakin
diliputi kegelapan akibat dipenuhi oleh keserakahan, keegoisan, kebencian, kesewenangan,
kejahatan, penipuan, penyesatan, pembodohan, dan masih banyak lagi ulah manusia ini akan
menjadi lebih terang, semarak dan indah jika semakin banyak manusia yang mau menjadi bintang dengan caranya masing-masing. Memantulkan cahaya kehidupan yang sudah mereka terima secara cuma-cuma
dari Sang Pencipta dengan cara mengasihi sesama,
berbagi dengan yang membutuhkan, membantu yang lemah dan tak berdaya, menuntun yang tersesat, mengampuni
yang bersalah, mengajar yang tidak tahu, menghibur yang sedih, menemani yang kesepian, menguatkan yang putus
asa, membawa damai, menegakkan keadilan, dan masih banyak
lagi hal-hal baik yang menggambarkan cerminan pribadi Allah sendiri.
Tuhan, aku ingin
menjadi salah satu bintang di langit kehidupan dengan cara yang sederhana. Meski hanya sebuah
bintang kecil diantara banyak bintang besar lainnya karena tidak banyak yang
bisa kulakukan; meski cahayaku redup dan timbul tenggelam akibat kelemahan
manusiawiku yang seringkali melemahkan pantulan cahaya IlahiMu...namun tetap
dapat memberikan keindahan diantara kegelapan.
Ekor mataku
menangkap sebuah pergerakan cahaya yang melesat dan menghilang dibalik bangunan
bertingkat. Bintang jatuh!!! Meski tidak terlalu percaya dengan mitos
terkabulnya sebuah permohonan yang diucapkan saat melihat bintang jatuh, aku
tetap memanjatkan sebuah permohonan. Ya setidaknya semoga harapanku menjadi
sebuah bintang tadi itu bisa terkabul.
Surabaya, 1 Mei
2016
Eaaaa.... galaunya masih lanjut makco? :D
BalasHapus