Dia hadir disaat banyak orang membutuhkan uluran tangannya.
Orang-orang tak berdaya yang tak mampu menolong diri mereka sendiri. Bukan
kehadiran secara fisik tapi dalam bentuk dukungan yang lain. Bukannya tidak mau
hadir secara langsung tapi keadaan yang tidak memungkinkan. Mengais rejeki di
benua lain dengan segala kerasnya keadaan disana tidak menjadikannya menutup
mata terhadap keprihatinan sesamanya di negeri sendiri.
Setiap kali aku membagikan informasi penggalangan dana untuk
karya sosial di yayasan tempat aku sesekali berkegiatan, tanpa banyak bertanya
ini dan itu dia selalu membagikan dollar hasil keringatnya bekerja sebagai
petugas kebersihan. Jika dikurskan ke rupiah tentu saja nilainya cukup
menakjubkan.
Terakhir kali ada seorang anak - yang ditinggalkan oleh
kedua orangtuanya sejak bayi - yang tak memiliki biaya sekolah. Disaat orang tua asuh
dadakannya kebingungan memikirkan darimana mendapatkan uang gedung dan uang SPP
yang nilainya tidak sedikit bagi mereka, ternyata Tuhan mengirimkan malaikatNya
untuk memberikan harapan baru bagi mereka…tepat pada waktuNya. Dia kembali diutus
Tuhan sebagai malaikat penolong untuk hadir di tengah-tengah masalah yang
sedang dihadapi. Dia kembali membagikan sebagian tabungannya dari hasil kerja
kerasnya untuk diberikan sebagai beasiswa.
Satu hal lagi yang tak pernah berubah darinya. Dia tak
pernah mau namanya disebut dan diekspos. Dia memberi dalam diam. Orang yang
dibantunya tak pernah tahu namanya. Bagi mereka, dia adalah malaikat penolong
tanpa nama.. Dia tak mengharapkan ucapan terima kasih, pujian ataupun balas
budi karena dia hanya berharap bisa menjadi terang bagi yang lain. Jika
diberikan ucapan terima kasih, dia selalu mengatakan Tuhan Yesuslah yang baik.
Wajahnya mungkin tak secantik wajah malaikat. Tubuhnya
mungkin tak seindah tubuh malaikat. Suaranya mungkin tak semerdu suara malaikat. Tutur
katanya mungkin tak selembut tutur kata malaikat. Tapi hatinya adalah hati malaikat.
Malaikat tanpa nama…
*
Siapapun diantara kita bisa saja menjadi malaikat penolong
bagi sesama kita dengan banyak cara. Tak perlu dengan cara yang muluk-muluk.
Jika kita tak berlebihan atau bahkan berkekurangan dalam hal materi pun bukanlah
alasan bagi kita untuk tidak dapat meringankan beban penderitaan orang lain.
Kita masih bisa membantu dalam bentuk tenaga, penghiburan, semangat, kehadiran,
maupun wujud yang lain.
Sekecil apapun uluran tangan kita bagi sesama asal dilakukan
secara tulus dari lubuk hati yang paling dalam dan dengan cinta yang besar serta demi kemuliaan Tuhan pasti tidak akan
sia-sia. Tak perlu kita mencari kemuliaan nama kita sendiri dengan sibuk
mencatatkan nama agar dikenal dan dipuji karena kebaikan yang sudah kita
lakukan, karena sesungguhnya meski nama kita tidak tercatat di dunia ini, Tuhan
yang Maha Tahu pasti mencatatnya dengan tinta abadi yang tak terhapuskan.
Alangkah indahnya dunia ini jika setiap orang menjadi
malaikat tanpa nama bagi sesamanya. Jika memang seperti itu tentunya sepenggal
kalimat dalam doa Bapa Kami yang diajarkan oleh Tuhan Yesus sendiri menjadi
kenyataan. Jadilah kehendakMu, di atas
bumi seperti di dalam surga.
Surabaya, 18 Juli 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar