26 April 2017 pagi hari saat terbangun dari tidur aku meraih
ponselku dan melihat di grup WA teman-teman SMP sudah ada ratusan pesan yang
masuk. Pertama kali kubuka, pesan terakhir yang terbaca adalah RIP Icong (salah
satu nama kawan yang ada di grup itu). Ah... bercanda apa pula kawan-kawanku
ini, begitu pikirku saat itu karena seringkali kami saling menggoda dan ‘membully’
satu sama lain dalam percakapan di grup WA tersebut.
Penasaran dengan topik yang sedang dibahas aku terus scroll
keatas dan membaca satu per satu pesan yang ditulis oleh kawan-kawan yang lain.
Aku pun mulai merasa ada yang tidak beres ketika hampir semuanya menuliskan
ucapan belasungkawa. Pertanyaanku pun terjawab ketika aku melihat sebuah foto yang
diposting disana. Foto jenasah Icong. Berita duka yang diposting oleh seorang
kawan lain yang merupakan saudara Icong sendiri semakin menegaskan bahwa
semuanya sungguh terjadi dan bukan guyonan seperti biasanya.
Kepergian Icong begitu mendadak. Disinyalir akibat serangan jantung. Seusai main basket mengeluh capek dan kemudian jatuh pingsan. Perasaan kaget bercampur sedih seketika menyeruak. Tak percaya rasanya. Baru dua hari sebelumnya dia aktif muncul di grup WA kami. Ya, Icong memang salah satu anggota grup yang paling aktif dan rame. Dia tak pernah absen menanggapi postingan anggota grup yang lain. Masih jelas teringat dia yang pertama kali menyapaku dengan ramah dan melontarkan bermacam-macam pertanyaan ketika pertama kali aku bergabung dalam grup WA tersebut.
Kepergian Icong begitu mendadak. Disinyalir akibat serangan jantung. Seusai main basket mengeluh capek dan kemudian jatuh pingsan. Perasaan kaget bercampur sedih seketika menyeruak. Tak percaya rasanya. Baru dua hari sebelumnya dia aktif muncul di grup WA kami. Ya, Icong memang salah satu anggota grup yang paling aktif dan rame. Dia tak pernah absen menanggapi postingan anggota grup yang lain. Masih jelas teringat dia yang pertama kali menyapaku dengan ramah dan melontarkan bermacam-macam pertanyaan ketika pertama kali aku bergabung dalam grup WA tersebut.
Tak perlu waktu lama bagiku untuk mengingat bahwa seringkali
Icong mengajak anggota grup yang ada di Surabaya untuk kopi darat (reuni), tapi
kami tidak pernah menggubris ajakannya itu. Bahkan beberapa hari sebelum
kepergiannya untuk selama-lamanya dia masih mengajak kami untuk ketemuan di
Galaxy Mall. Tentu saja ajakannya seperti angin lalu karena tidak ada tanggapan
positif dari kami.
***
Kemajuan teknologi yaitu adanya internet dan telepon pintar memberikan
kemudahan bagi manusia dalam bidang komunikasi. Yang paling jelas terasa saat
ini adalah maraknya media sosial. Seiring
dengan kemajuan itu kehidupan sosial manusia pun mulai mengalami pergeseran. Kemudahan
berbincang-bincang melalui tulisan, suara dan video call, serta kemudahan saling
berkirim foto, gambar dan video yang dialami manusia jaman ini menjadikan
manusia tenggelam dalam dunia sosial yang semu. Manusia lebih aktif
bersosialisasi jarak jauh daripada bertatap muka secara langsung alias kopi
darat. Manusia merasa seakan-akan sudah saling dekat satu sama lain sehingga hampir
tidak menganggap penting lagi sebuah perjumpaan di dunia nyata.
***
Masih dalam suasana duka yang mendalam, seorang kawan
memposting sebuah foto di grup kami. Foto yang ternyata sangat berkesan bagiku.
Fotoku dan Icong saat Icong datang melayat ketika mamaku disemayamkan di sebuah
rumah duka. Sebuah foto perjumpaanku yang pertama kali dengannya setelah 21
tahun tidak bertemu dan sekaligus merupakan foto terakhir. Satu-satunya foto dan
perjumpaan yang pernah ada selepas kami lulus SMP.
Penyesalan. Rasa kehilangan. Hanya itu yang tersisa
sekarang. Seandainya saat itu aku dan kawan yang lain menyanggupi ajakannya
untuk saling bertemu, tentu saja akan ada kisah kebersamaan dan foto-foto kenangan
yang lain.
Umur manusia adalah misteri. Setiap saat bisa saja kita dipanggil kembali menghadap Sang Khalik. Di kala segar bugar kita merasa diri kita sehat dan jauh dari kematian dan masih ada hari esok. Masih ada perjumpaan-perjumpaan di lain kesempatan. Tapi seringkali kesempatan itu tak pernah datang untuk kedua kalinya, seperti saat ini.
Umur manusia adalah misteri. Setiap saat bisa saja kita dipanggil kembali menghadap Sang Khalik. Di kala segar bugar kita merasa diri kita sehat dan jauh dari kematian dan masih ada hari esok. Masih ada perjumpaan-perjumpaan di lain kesempatan. Tapi seringkali kesempatan itu tak pernah datang untuk kedua kalinya, seperti saat ini.
Tapi usaha Icong untuk mengumpulkan teman-temannya dalam
sebuah perjumpaan / reuni akhirnya membuahkan hasil. Tapi sayangnya bukan di
sebuah cafe sambil dugem alias duduk-duduk gembira melainkan di sebuah rumah
duka dalam suasana yang sangat jauh dari gembira.
Selamat jalan kawan... Maafkanlah kawan-kawanmu yang selalu
mengacuhkan ajakanmu ini...
Surabaya, 27 April 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar