Mat 10 : 5 – 15 (Yesus mengutus keduabelas rasul)
(8) Sembuhkanlah orang sakit; …. Kamu
telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan
cuma-cuma.
(9) Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat
pinggangmu.
(10) Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu
membawa baju 2 helai; kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat
upahnya.
Dalam perenungan
saya, Yesus mengutus saya untuk menyampaikan kabar keselamatan kepada semua
orang, baik yang kaya maupun yang miskin. Gambaran orang sakit dalam ayat 8
adalah orang yang menderita, tidak berdaya, dan membutuhkan bantuan orang lain.
Tidak hanya orang yang sakit secara fisik, tapi juga termasuk orang yang
berkekurangan/miskin dan terpinggirkan. Sedangkan dalam ayat 9 dan 10 Yesus
meminta saya untuk tidak kuatir mengalami kekurangan, melainkan percaya akan
penyelenggaraan ilahi.
Pada Pekan Suci
tahun 2010 lalu saya mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan perintah Yesus
dalam ayat 8, 9, dan 10 tersebut.
Sudah umum
terjadi di setiap gereja, yaitu pada Pekan Suci gereja pasti penuh dengan umat
yang datang beberapa jam sebelum misa dimulai. Parkiran kendaraan sudah pasti
antri dan penuh. Karenanya saya memutuskan datang ke gereja dengan tidak membawa
motor, tetapi naik becak yang biasa mangkal di dekat kos saja untuk lebih
praktisnya. Selain agar saya tidak perlu repot antri lama-lama di parkiran dan
untuk mengejar waktu sehingga saya kebagian tempat duduk didalam gereja, saya
juga berpikir dengan naik becak maka hitung-hitung saya beramal kepada bapak
becak tersebut dengan cara memberikan pendapatan kepadanya. Karena ini adalah
hari-hari yang spesial dan anggap saja ini termasuk salah satu bentuk APP maka
saya berpikir untuk memberikan ongkos yang lebih dari biasanya.
Kalau biasanya
dari kos ke gereja tarifnya Rp. 7000,- untuk sekali jalan, maka waktu itu saya
memutuskan untuk membayar Rp. 10.000,-, jadi PP Rp. 20.000,-. Kalau ditotal,
untuk uang becak saja Rp. 20.000,- x 4 hari (Kamis Putih, Jum’at Agung, Malam
Paskah, Minggu Paskah) yaitu Rp. 80.000,- Belum termasuk uang kolekte selama 4
hari berturut-turut tersebut. Padahal setelah saya hitung-hitung, jumlah uang
yang tersisa dari gaji saya waktu itu tidak akan mencukupi sampai dengan waktu
gajian selanjutnya.
Saya sempat
kuatir, bagaimana kalau uang saya sudah habis sebelum waktu gajian tiba.
Bagaimana saya bisa membeli makanan sehari-hari? Tapi kemudian saya berpikir,
kalau saya berniat untuk memberi maka saya harus ikhlas. Kalau mau memberi ya
memberi saja, persoalan yang lain urusan belakangan saja, apa yang akan terjadi
biarlah terjadi. Akhirnya saya memantapkan hati saya untuk memberikan ongkos
lebih kepada bapak becak tersebut dan berusaha untuk tidak kuatir lagi. Ada
kelegaan dan sukacita setelah saya berhasil melakukannya, apalagi melihat
ekspresi bapak becak yang senang waktu menerima ongkos lebih.
Uang yang saya
miliki adalah pemberian Allah secara cuma-cuma. Hanya karena belas
kasihanNyalah saya bisa memiliki pekerjaan dan penghasilan. Karenanya, saya
juga harus menyalurkan berkat dariNya kepada orang lain yang membutuhkan secara
cuma-cuma pula tanpa kuatir berkekurangan.
Setelah saya
berhasil melakukan semua itu, apa yang dijanjikan Yesus sungguh terjadi. Dia
tidak membiarkan saya berkekurangan. Penyelenggaraan Ilahi sungguh saya alami
waktu itu. Waktu itu mama dari seorang teman kos datang untuk menginap selama 1
bulan di kos saya. Tante itu hobi memasak dan setiap hari membagikan masakannya
kepada saya, sehingga saya tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli makanan
sehari-hari. Pada akhirnya, uang yang tersisa waktu itu mencukupi sampai dengan
waktu gajian tiba dan saya tidak kekurangan makanan maupun kebutuhan lainnya.
(Tulisan ini adalah salah satu Tugas Sharing dalam Kelas KP3I yang saya ikuti di Paroki St. Vincentius a Paulo, Surabaya)
Wah sharing yang menarik..... percaya bahwa yang diatas akan selalu memperhatikan umatnya supaya tidaklah berkekurangan
BalasHapusamin
Dear arie&tony : Terima kasih:)
BalasHapus