‘Kan kuabaikan sgala hasratku
Agar kaupun tenang dengannya
Kupertaruhkan semua ragaku demi dirimu, bintang
Biarkan kumenggapaimu, memelukmu, memanjakanmu
Tidurlah kau di pelukku, di pelukku, di pelukku
Biar kupendam sgala hasratku ‘tuk miliki dirimu
Karna semua tlah tersiratkan
Dirimu bukan milikku
Biarkan kumenggapaimu, memelukmu, memanjakanmu
Tidurlah kau di pelukku, di pelukku, di pelukku
Hingga kau mimpikan aku, mimpikan kita, mimpikan kita
Jangan pernah kau terjaga dari tidurmu di pelukanku
***
Bintang...adalah judul dari lagu yang mengalun dari netbook yang ada di
hadapanku malam ini. Menggambarkan seorang pria yang begitu mencintai dan
menginginkan seorang wanita, bahkan saking tingginya menilai wanita itu maka wanita
itu diibaratkan bintang.
Sebenarnya sejak dulu aku sangat menyukai lagu ini karena enak didengar.
Namun beberapa bulan yang lalu, selain enak didengar, aku merasa lirik lagu ini
sangat pas menggambarkan apa yang sedang kualami.
Setahun yang lalu aku pernah mencintai seorang pria. Menurut pengakuannya
dia pun pernah mencintaiku. Namun aku harus kehilangannya. Setelah melewati
proses yang lama selama berbulan-bulan dan menyakitkan, aku mengetahui bahwa
dia lebih memilih wanita lain. Saat itu aku merasa lirik lagu ini sangat cocok
dengan perasaanku. Ya, dulu aku menganggap pria itu seperti bintang. Cintanya
ingin kuperjuangkan, kudapatkan, kupertahankan.
Namun malam ini, saat kudengar lagi lagu ini setelah kurang lebih 2 bulan
tidak mendengarnya, aku merasa konyol. Aku menertawakan diriku, kebodohanku.
Dulu aku sudah bercucuran begitu banyak air mata untuk meratapi pria
itu...bintangku. Tapi pada akhirnya aku mengetahui dari seorang sahabat yang
kebetulan pernah menjadi tempat curhat pria itu, bahwa selama ini dia sudah dengan
sadar mempermainkan perasaanku dan memanfaatkanku untuk kesenangan dan kepentingan
pribadinya. Dia tak pernah dengan tulus berada di sisiku. Begitu bodohnya aku
sudah menganggap dia sebagai bintang yang perlu kuperjuangkan untuk kumiliki.
Kini kusadari bahwa Tuhan sudah menyelamatkanku. Dengan tidak mengijinkan
pria itu untuk kumiliki, Tuhan sudah membebaskanku dari cengkeraman pria yang
berniat jahat terhadapku. Terlebih lagi, belakangan aku baru mengetahui bagaimana
sepak terjangnya yang sudah menyakiti banyak orang demi tujuan pribadinya. Belum
lagi kebiasaannya yang tak pernah lepas dari wanita dan minuman keras. Selama
ini mataku sudah dibutakan oleh cinta. Dia ternyata bukanlah pria yang baik
untuk dijadikan pasangan hidup. Syukur pada Allah sekarang aku sudah bisa
melihat semuanya dengan jelas.
Dulu, saat aku harus kehilangan dia, aku merasa sangat menderita. Namun
ternyata, dibalik penderitaan itu Tuhan sedang menyelamatkan aku. Tak dapat
kubayangkan, bagaimana akan menderitanya kelak jika aku menikah dengannya. Saat
ini aku sungguh-sungguh bersyukur bahwa aku berpisah dengannya. Tak ada
penyesalan dan tak ada keinginan untuk bersamanya lagi.
Ampuni aku ya Allah, kalau dulu aku pernah memaksakan kehendakku.
Seharusnya aku selalu yakin dan ingat bahwa Engkau senantiasa ingin memberikan
yang terbaik untukku...bahwa rencanaku bukanlah rencanaMu...namun rencanaMu
sudah pasti yang terindah dan terbaik untuk hidupku.
Prigen, 17 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar