Untuk kesekian kalinya aku duduk di dalam ruangan ini. Ruangan yang mulai
akrab denganku sejak hampir 2 bulan ini. Sebuah Rumah Tuhan yang tidak terlalu
besar namun desain interiornya bisa dikatakan indah. Lagu-lagu bernuansa keroncong
dinyanyikan dengan indahnya, terasa sejuk di dalam hati.
Saat memasuki Liturgi Sabda, bacaan pertama dan bacaan Injil sangat
berkesan bagiku, apalagi setelah diperjelas dengan homili. Mengapa demikian?
Karena sangat sesuai dengan apa yang telah kualami selama 1 tahun belakangan
ini.
Bacaan pertama diambil dari 1 Raja-Raja 17 : 17 – 24 yang mengisahkan
tentang Nabi Elia yang memohon kepada Allah untuk menghidupkan kembali anak
dari seorang janda di Sarfat. Dalam ayat 17 dikatakan: “Sesudah itu anak dari perempuan pemilik rumah itu jatuh sakit dan sakitnya
itu sangat keras sampai tidak ada nafasnya lagi.” Dan dalam ayat 22
dikatakan: “Tuhan mendengarkan permintaan
Elia itu, dan nyawa anak itu pulang ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup
kembali.”
Bacaan Injil diambil dari Lukas 7 : 11 – 17 yang mengisahkan tentang Yesus
yang membangkitkan anak muda yang sudah mati di Nain. Dalam ayat 14 dikatakan:
Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung
berhenti, Ia berkata: “Hai anak muda, Aku
berkata kepadamu, bangkitlah!”
Kedua bacaan tersebut sama-sama mengatakan tentang KEBANGKITAN.
Dalam homili disampaikan tidak hanya kebangkitan secara fisik yang hendak
dikatakan, namun juga tersirat kebangkitan dalam wujud yang lain. Dalam
refleksiku, kebangkitan yang dimaksud adalah kebangkitan dari keterpurukan. Ya,
hal inilah yang membuatku merasa bahwa kedua bacaan dalam Misa Kudus hari ini
sangat sesuai dengan pengalaman hidupku.
***
Dalam 1 tahun terakhir ini, kehidupanku pernah mengalami mati suri. Bermula
dari putus cinta pada bulan Juli 2012, kemudian pengalaman dipermainkan,
dimanfaatkan, dan dibohongi
habis-habisan oleh mantan pacar yang juga merupakan rekan sekerja. Padahal aku telah 'mengorbankan' mimpiku demi dia. Ditambah
lagi pengalaman dibohongi oleh sesama teman relawan dalam komunitas tempatku
bekerja yang ternyata memiliki hubungan ‘special’ dengan mantan pacarku. Rasa
sakit hati, rasa tidak terima, kebencian, amarah, dendam, serta
kecemburuan yang sangat mendalam telah
membunuhku.
Saking tidak tahannya akhirnya aku terpaksa keluar dari pekerjaanku pada
bulan Januari 2013 dengan harapan aku tidak perlu bertemu dengan mereka berdua
yang telah menyakitiku. Namun ternyata meninggalkan mereka tidak langsung
membuatku terbebas dari semua hal menyakitkan yang kurasakan itu.
Ketidakjujuran mereka bagaikan pisau tajam yang telah menyayat hatiku begitu
dalam. Luka itu tak kunjung sembuh dan setiap hari berdarah.
Hampir setiap hari aku menangis. Setiap pagi aku bangun tidur dengan
perasaan hampa. Tidak ada semangat dalam menjalani hidup. Makan tak enak, tidur
pun tak nyenyak. Hidupku terasa hampa dan tanpa tujuan. Mimpi yang pernah
kuperjuangkan pun seakan menguap tak berbekas. Hanya ada kesepian dan rasa
sakit yang begitu menyiksaku. Semuanya terasa gelap. Aku hanya melewati hari
demi hari dengan harapan rasa sakit ini akan segera sirna seiring dengan
bergulirnya waktu, namun ternyata harapan itu tak kunjung terwujud.
Beberapa teman yang masih setia mendampingiku dari jauh untuk melewati
semuanya. Seorang sahabat terus berusaha meneguhkan dan menyemangatiku untuk
bangkit dari keterpurukan melalui perhatian dan bimbingannya. Tiada lelah dia
mendampingiku meski kelihatannya tak ada hasil yang memuaskan.
Sampai akhirnya pada bulan Pebruari 2013 tangan Tuhan menuntunku untuk datang
menemui seorang suster Puteri Kasih di Surabaya. Dia menjadi teman baru bagiku
dalam perjuanganku untuk bangkit. Melalui dia aku pun akhirnya menjalani proses
live-in di susteran Puteri Kasih yang sekaligus merupakan panti asuhan.
Berinteraksi dengan anak-anak panti, para suster, dan para karyawan telah
mengalihkan perhatianku dari masalahku.
Aku mulai bersemangat dalam menjalani hidup. Tak ada lagi rasa hampa. Aku
mulai menemukan kembali arah dan tujuan hidupku. Juga menemukan kembali mimpi
yang sempat terkubur. Aku percaya bahwa hal ini juga merupakan buah dari
doa-doa harian dan Misa Kudus yang kuikuti setiap hari bersama para suster.
Pada bulan April 2013, aku bertemu dengan seorang imam yang mengatakan
bahwa sekarang aku terlihat damai dan ceria. Syukur kepada Allah. Aku percaya
ini juga berkat doa dari sahabat-sahabatku dan para suster. Doa mereka adalah
doa yang memohon kepada Allah untuk menghidupkan aku kembali. Allah
mendengarkan permintaan mereka, dan akhirnya Ia memulangkan semangat hidupku
sehingga aku hidup kembali.
***
Ya, 1 tahun yang lalu hidupku seperti anak janda di Sarfat yang sakit keras
sampai tidak ada nafasnya lagi, yaitu mati. Tak ada tanda-tanda kehidupan. Aku
bagaikan zombie. Tapi sekarang aku sudah hidup kembali. Melalui orang-orang
baik yang ada disekitarku yakni sahabat-sahabatku yang setia mendampingiku
serta para suster, Tuhan Yesus telah mengatakan kepadaku, “Bangkitlah!”
Akhirnya pada hari ini aku dapat menuliskan kisah perjalananku ini.
Pengalaman bangkit dari kematian.
Puji syukur tak terhingga kepadaMu ya Allah, karena telah mengembalikan
nyawaku sehingga aku dapat bernafas dan hidup kembali. Terima kasih telah
membantuku untuk bangkit dari keterpurukan melalui orang-orang disekitarku.
Aku menyadari bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan kita seorang diri
berlama-lama dalam keterpurukan. Selama kita terus mendekatkan diri dan berharap
padaNya, Allah akan mengulurkan tanganNya melalui tangan orang-orang yang ada
di sekeliling kita untuk menarik kita sampai bangkit kembali.
Prigen, 9 Juni 2013
(Kupersembahkan tulisan ini sebagai
ungkapan syukur kepada Allah yang telah mengijinkan aku untuk bernafas lagi,
juga kepada sahabat-sahabatku dan para suster Puteri Kasih yang telah bersedia
menjadi perpanjangan tanganNya)
Terima kasih atas keterbukaan hatimu untuk berbagi pengalaman ini, sehingga aku menjadi lebih mampu memahami arti "perjalanan" dalam kehidupan. Tidak ada sesuatu yang sia-sia, semua memiliki "warna" dalam setiap langkah kehidupan. Seperti kata seorang imam, bahwa penderitaan yang kita alami akan membuat kita semakin kuat dan bermakna dalam kehidupan karena kita telah bersedia untuk menerima dan merasakan kasihNya.
BalasHapusSeperti kayu yang diukir untuk menjadi indah, ia pun mengalami rasa sakit yang terhingga, namun rasa itu tidak sebanding dengan kebahagian yang didapatkannya saat manusia merasa puas dan bangga dengan hasil karya tersebut.
Jadi apapun itu, cobalah untuk bersyukur dan menikmati pengalaman-pengalaman yang kamu temui. Aku percaya bahwa di dalam pengalaman tersebut, Ia sedang menyiapkan karya yang besar untukmu sahabatku....
Terimakasih untuk kesetiaanmu mendampingiku dan tiada lelah berusaha menarikku untuk bangkit dari keterpurukanku, sahabatku...
BalasHapusAku doakan tanganNya pun akan senantiasa menuntunmu dalam 'perjalanan'mu.
tulisan-tulisanmu bagus-bagus...
BalasHapusSenang sekali berjumpa lagi dengan Wayang Pribumi di dalam media ini. Terimakasih wahai Wayang...tetaplah berkarya dengan tulisan-tulisanmu selanjutnya :)
HapusLuar biasa. Tidak semua orang diberi anugerah untuk merasakan apa yg Kα♍ü rasakan. Meskipun ada banyak air mata tertumpah, Dia tahu Kα♍ü bisa dan akan memenangkan permainan ini. Kenapa Kα♍ü dan bukan aku? Karena Dia tahu, kalau aku yg mengalaminya-mgk aku tidak akan kuat atau paling tidak hasilnya tidak sebagus kalau Kα♍ü pemainnya
BalasHapusPaling tidak, aku melihat perubahan yg sungguh luar biasa pada dirimu. Seakan org yg benar2 berbeda selama bbrp tahun terakhir. Karyanya dalam hidupmu sungguh terlihat. Aku yakin, melalui apa yg Kα♍ü alami, ada banyak org mendapat berkat. Lewat tulisan2mu, sharingmu, kesaksian hidupmu pula.
Ijinkan aku mengutip status teman yg meng-update foto diri dan anaknya (2th) ketika sedang mendorong kereta belanjaan sebuat supermarket:
My son must think that he's the one who moves the cart :D (just like we often do when we move with God)
Sama seperti kita, yg seringkali menganggap kita berjuang sendiri mendorong, menggerakkan hidup kita. Kekuatan, arah dan tujuan kita yg menentukan. Kita lupa atau mgk tidak tahu kalau ada tangan yg besar yg memegang kereta belanjaan itu dengan baik untuk mendorong dan menentukan arahnya.
Tuhan memberkati hidupmu.
Terima kasih ce untuk motivasinya :)
HapusMemang benar, Tuhanlah sumber kekuatan kita.
God bless you too...