Laman

Selasa, 13 Maret 2012

Menangis diatas batu karang


Aku berlutut di bantalan bangku gereja yang ada tepat di depan mimbar. Sementara imam mendaraskan Doa Syukur Agung, aku berjuang agar air mata yang mulai menggenangi kedua bola mataku tidak menetes. Rongga hidungku yang mulai basah menyebabkan terdengarnya suara-suara dalam setiap tarikan napasku. Aku tak ingin wanita yang duduk disebelah kananku melihatku menangis. Ya, aku ingin menangis. Jika saja aku tak berusaha untuk menahannya, tentulah dengan mudahnya air mata ini meleleh membasahi pipiku.


Tak hanya hari ini aku berjuang menahan tangis saat misa kudus sedang berlangsung. Kemarin, saat aku mengikuti misa harian, aku pun mengalami hal yang sama. Kalau kemarin aku merasakan sukacita dan terharu saat sedang dilaksanakannya prosesi inisiasi tahap pertama bagi para katekumen, yaitu saat satu persatu dari mereka maju kedepan altar untuk ditandai salib pada dahi oleh imam dan para katekis. Terlebih lagi saat seorang pria yang sudah lanjut usianya maju tertatih-tatih dengan bantuan sebuah tongkat, bahkan sempat hampir jatuh. Aku merasakan suatu perasaan yang meluap-luap dari dalam hatiku hingga menimbulkan perasaan merinding. Entah mengapa, ada perasaan bangga melihat calon anggota-anggota baru dalam Gereja Katolik itu.    

Sedangkan hari ini aku merasa sedih karena Gereja kehilangan seorang imamnya. Imam yang memimpin perayaan Ekaristi mengajak kami yang hadir dalam misa harian untuk berdoa bagi jiwa seorang imam SVD muda yang berpulang ke pangkuan Bapa akibat mengalami kecelakaan lalu lintas saat sedang bertugas di Kalimantan Barat. Ah...aku merasa sedih dan sangat kehilangan. Terimalah jiwanya di sisiMu dan ampunilah segala dosa-dosanya, ya Allahku.

Sebenarnya hari ini bukanlah kali kedua aku menangis didalam misa kudus. Sebelumnya aku pernah beberapa kali menangis saat sedang konsekrasi. Entah mengapa, air mata ini tak terbendung lagi saat memandang Tubuh dan Darah Kristus. Tak sempat lagi ada rasa malu. Semua terjadi begitu saja tanpa bisa dikontrol.

Menangis... Bagiku menangis di saat misa kudus adalah sesuatu yang harus disyukuri. Bagiku itu adalah bentuk sapaan, pembuktian, dan peneguhan dari Allah. Memang seringkali aku berdoa memohon padaNya untuk menguatkan imanku dan bagiku perasaan-perasaan yang tak dapat dijelaskan dengan kata-kata ini adalah sesuatu yang menguatkan imanku. Tidak dapat dijelaskan, hanya dapat dirasakan. Bahwa inilah yang benar!!! Dan air mata ini adalah suatu perwujudan dari perasaan yang memenuhi hatiku itu. Pada akhirnya dari sana lahirlah suatu perasaan bangga...bangga menjadi bagian dari Gereja Katolik. Karenanya aku merasakan sukacita saat GerejaMu menyambut anggota baru dan aku merasakan sedih saat GerejaMu kehilangan anggotanya.

Aku sungguh bersyukur menjadi bagian dari Gereja yang Kaudirikan diatas batu karang Petrus ini, ya Allahku. Terima kasih Tuhan karena Engkau telah memanggilku. Biarlah sampai akhir aku menangis diatas batu karang ini... Amin.


**hati yang bersyukur - 13 Maret 2012**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar