Laman

Minggu, 25 Desember 2011

Adakah natal didalam hati?

Aku duduk dalam diam di bangkuku, diantara ratusan orang yang memenuhi ruangan yang dihias semarak. Kuedarkan pandanganku menyapu satu persatu hiasan dan pernak pernik natal yang menyegarkan pandangan mataku.

Jumat, 23 Desember 2011

Surat untuk para imam

Para imamku yang terkasih,
Tahukah kalian, aku merasa senang dan bangga saat melihat kalian memakai jubah putih?
Aku mengagumi kalian yang nampak gagah berdiri diatas altar
Inilah sosok imam yang kubanggakan...
Di mataku kalian adalah pribadi-pribadi yang membuatku salut
Salut atas keberanian kalian
Keberanian untuk mengambil keputusan yang berbeda
Keberanian untuk memilih jalan hidup yang berbeda
Keberanian dan kerelaan untuk mengorbankan kesenangan pribadi demi mengikuti panggilanNya
Maka aku merasa marah saat mendengar ada orang yang menjelek-jelekkan kalian
Sebab dimataku kalian adalah sosok yang seharusnya dihormati dan dihargai

Selasa, 06 Desember 2011

Kisah si domba kecil


Sebuah padang rumput hijau luas membentang di sebuah bukit landai. Bunga-bunga liar kecil berwarna putih tumbuh disela-sela rerumputan yang gemuk dan segar itu. Angin sepoi-sepoi bertiup membawa suara gemericik air sungai yang mengalir tenang di sebelah selatan padang rumput. Airnya yang jernih meliuk gemulai diantara bebatuan hitam tempat ikan-ikan kecil bersembunyi. Sinar matahari sore menghangatkan seluruh dataran yang terlelap dalam ketenangan.   

Sabtu, 03 Desember 2011

“Lea Benedikta, aku membaptis engkau dalam nama Bapa, Putra, Roh Kudus.”

Aku awali hari ini dengan mengikuti misa harian di sebuah gereja tak jauh dari tempat tinggalku. Sudah lama sekali aku tidak mengikuti misa harian di pagi hari...mungkin hampir setahun lamanya. Lalu mengapa hari ini tiba-tiba aku melakukannya lagi? Sebab hari ini adalah hari yang sangat penting bagiku dan aku ingin mengawalinya bersama dengan Sang Pemberi Kehidupan dan mengucap syukur kepadaNya dengan mengikuti misa kudus. Hmmm....aku bersyukur tinggal di paroki yang mengadakan misa kudus setiap hari (^.^)

Sabtu, 12 November 2011

Berikanlah dengan cuma-cuma...

Mat 10 : 5 – 15 (Yesus mengutus keduabelas rasul)

(8) Sembuhkanlah orang sakit; …. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. 
(9) Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. 
(10) Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju 2 helai; kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.


Dalam perenungan saya, Yesus mengutus saya untuk menyampaikan kabar keselamatan kepada semua orang, baik yang kaya maupun yang miskin. Gambaran orang sakit dalam ayat 8 adalah orang yang menderita, tidak berdaya, dan membutuhkan bantuan orang lain. Tidak hanya orang yang sakit secara fisik, tapi juga termasuk orang yang berkekurangan/miskin dan terpinggirkan. Sedangkan dalam ayat 9 dan 10 Yesus meminta saya untuk tidak kuatir mengalami kekurangan, melainkan percaya akan penyelenggaraan ilahi.

Pada Pekan Suci tahun 2010 lalu saya mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan perintah Yesus dalam ayat 8, 9, dan 10 tersebut.

Berbagi dari kekurangan

Luk 9 : 10 - 17 (Yesus memberi makan lima ribu orang)

(13) Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Kamu harus memberi mereka makan!” Mereka menjawab: “Yang ada pada kami tidak lebih dari pada lima roti dan dua ikan, kecuali kalau kami pergi membeli makanan untuk semua orang banyak ini.”
(16) Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, ia menengadah ke langit, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-muridNya supaya dibagi-bagikannya kepada orang banyak.
(17) Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian dikumpulkan potongan-potongan roti yang sisa sebanyak dua belas bakul.


Beberapa bulan yang lalu seorang teman relawan di sanggar kami ingin merayakan ulang tahunnya dengan cara berbagi sesuatu dengan anak-anak pinggiran yang kami dampingi. Akhirnya, kami merencanakan untuk mengajak anak-anak tersebut berkunjung ke Museum Tugu Pahlawan. Hitung-hitung berbagi kesenangan dengan mengajak mereka rekreasi sambil belajar untuk mengisi liburan sekolah.

Senin, 31 Oktober 2011

Saat aku kurang bersyukur

Tit tit tit tit tit.......... bunyi alarm dari HP mengusik telingaku. Aaahhh....sudah pagi, pikirku sambil bersungut-sungut dalam hati. Kuraih HP yang tergeletak diatas meja kecil disamping tempat tidurku sambil kepalaku tetap menempel diatas bantal.  Kutekan salah satu tombol di HP untuk menghentikan keributan tersebut. Dan aku pun kembali memejamkan mata.

Tit tit tit tit tit.......... suara ribut kembali mengusik tidurku. Kumatikan alarm dari HP ku yang satunya lagi sambil badanku tetap menempel pada tempat tidur. Aku lanjutkan tidurku. Beberapa belas menit berlalu dan dalam keadaan setengah sadar pikiranku bergumul, “Ahh....hari ini aku bolos kerja saja ah....males banget rasanya.”

Rabu, 26 Oktober 2011

Kisah Yue Yue : Kisah Orang Samaria yang murah hati versi modern


Luk 10 : 25 – 37 (Orang Samaria yang murah hati)

(31) Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan.
(32) Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.  
(33) Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.    

Beberapa hari yang lalu, di dunia maya beredar sebuah rekaman video yang menghebohkan dan mengundang kecaman dari masyarakat dunia. Video tentang seorang balita perempuan berusia 2 tahun bernama Yue Yue yang menjadi korban tabrak lari. Balita malang itu dilindas oleh mobil sebanyak 2 kali dan diabaikan begitu saja oleh 19 orang yang melewatinya, dan akhirnya ditolong oleh ‘seorang Samaria yang baik hati’ yaitu seorang wanita pemulung.

Senin, 24 Oktober 2011

Dimatanya aku adalah seorang pemberontak...

“Goblok kamu itu! Mau jadi apa kamu? Kamu kok mau dibohongi oleh orang-orang pintar itu? Tidak mungkin kamu bisa kembali lagi ke Jawa. Bagaimana masa depanmu? Kalau hanya mendapat makan, untuk apa? Apa yang dibanggakan? ”

Kudengarkan saja kata-kata yang meluncur pedas dari seorang wanita di seberang sana. Kalimat-kalimat yang terucap di sela-sela tangisnya membuat hatiku pilu. Aku kuatkan hatiku. Aku tidak tahu lagi harus berkata apa. Aku hanya berkata dalam hati, “Roh Kudus, bantu aku...”

Rabu, 19 Oktober 2011

Roda selalu berputar

Luk 16 : 19 – 31 (Orang kaya dan Lazarus yang miskin)

(19) “Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. 
(20) Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, 
(21) dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. 
(22) Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. 
(23) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya.


Dalam perenungan saya, perikop tersebut menggambarkan bahwa ada seseorang yang sangat membutuhkan belas kasihan dari orang lain yang seharusnya mampu untuk membantu, akan tetapi ia tidak peka dan tidak peduli terhadap orang tersebut meski orang yang membutuhkannya itu berada sangat dekat dengannya. Ia tidak menyadari bahwa kapan saja keadaan bisa berbalik 180o , roda selalu berputar, ia tidak akan selalu berada diatas dan suatu saat ia pasti membutuhkan belas kasihan orang yang pernah tidak dipedulikannya itu. Saat ia menyadarinya, ternyata semuanya sudah terlambat. 

Saya pernah mengalami hal serupa, meski sedikit berbeda pada akhir ceritanya.

Saat aku menomorduakan Tuhan

  

Luk 10 : 25 - 37 (Orang Samaria yang murah hati)

(27) “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”


Ketika awal-awal baru menjadi Katolik dan cinta pada Tuhan begitu menggebu-gebu, setiap hari saya selalu bangun tidur jam 03.30 untuk berdoa pagi dan sebelum tidur saya selalu meluangkan waktu untuk berdoa dan berbincang-bincang dengan Tuhan minimal setengah jam. Memang tidak mudah. Seringkali rasa kantuk dan rasa lelah menggoda saya untuk lebih memilih nikmatnya terbang ke pulau kapuk yaitu tidur. Namun, saat itu saya berusaha untuk melawan godaan itu dengan segenap kekuatan saya. Hasilnya memang sungguh luar biasa. Saya merasakan kedamaian dan ketenangan yang luar biasa dalam menjalani hidup.

Namun seiring dengan berjalannya waktu, saya merasa semakin terlena dengan kedamaian dan ketenangan yang saya rasakan.

Saat Tuhan tidak mengabulkan doaku

Luk 11 : 1 - 13 (Hal Berdoa)

(13) Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepadaNya.

Enam tahun yang lalu saya pernah berpacaran dengan seorang pria yang menurut saya terbilang sudah oke. Selain ganteng, postur tubuhnya ideal, beragama Katolik, sudah punya rumah sendiri pula padahal usianya terhitung masih sangat muda waktu itu. Dibandingkan mantan pacar saya sebelumnya dan beberapa pria yang pernah dekat dengan saya, dialah yang paling sempurna (waktu itu).

Kekuatiran

Luk 12 : 22 - 34 (Hal Kekuatiran)

(28) Jadi, jika rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api demikian didandani Allah, terlebih lagi kamu, hai orang yang kurang percaya!
(29) Jadi, janganlah kamu mempersoalkan apa yang akan kamu makan atau apa yang akan kamu minum dan janganlah cemas hatimu.

Tidaklah mudah mempraktekkan perintah Yesus untuk tidak kuatir dalam perikop diatas, apalagi dalam kondisi kehidupan saat ini dimana segala sesuatu diukur dengan materi. Kekuatiran akan hari esok saya alami sendiri saat ini.

Sebenarnya sudah cukup lama saya menginginkan pekerjaan sebagai fulltimer di sebuah yayasan atau karya sosial. Saya ingin mempunyai hidup yang lebih bermakna dibandingkan bekerja di sebuah perusahaan yang saat ini saya lakukan.

Perlukah mengaku dosa?

Mrk 2 : 1 - 12 (Orang lumpuh disembuhkan)

(5) Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Hai anakKu, dosamu sudah diampuni!”

Dalam perenungan saya, orang lumpuh dalam perikop Mrk 2 : 1 – 12 menggambarkan manusia yang ‘lumpuh’ karena dosa-dosa yang sudah dilakukan. Orang yang lumpuh adalah orang yang tidak dapat berbuat apa-apa, tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri, tidak dapat menolong dirinya sendiri dan yang pasti orang lumpuh membutuhkan belas kasihan dan pertolongan orang lain untuk kelangsungan hidupnya. Demikian halnya dengan kita yang telah berdosa, butuh belas kasihan dan pertolongan Allah untuk membebaskan kita dari jerat dosa agar kita dapat mempunyai hidup yang berkenan di mata Allah.      

Saat saya semakin sering jatuh dalam dosa, saya merasa kehidupan rohani saya menjadi ‘lumpuh’. Saya begitu kecewa pada diri saya yang sudah membiarkan diri saya bernegosisasi dengan iblis sehingga saya jatuh dalam dosa berulang kali.

Rabu, 28 September 2011

Bocah Penjual Koran & Adiknya

Malam ini, aku dan seorang teman lamaku sedang berada di sebuah kedai Mie Makassar di samping Kebun Bibit daerah Bratang. Sambil menikmati masing-masing seporsi jumbo Mie Makassar, kami asyik bercerita tentang banyak hal. Tentang pengalamannya berlibur di Singapura baru-baru ini sampai ke persoalan keluarga kami masing-masing.

Ditengah-tengah keasyikan kami makan dan bercerita, muncullah seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan dan mereka berdiri tepat di samping meja kami. Bocah laki-laki tampak memegang beberapa eksemplar tabloid dan di tangan bocah perempuan yang lebih kecil tampak beberapa eksemplar koran Surabaya Pos.

Sabtu, 20 Agustus 2011

Aku telah memilihMu

Hari ini tanpa permisi terlebih dahulu, virus pilek datang bertamu mengunjungiku. Seperti jelangkung, datang tak dijemput pulang tak diantar.

Akhirnya, karena sejak dahulu kala pilek adalah salah satu pengapesanku, selain sakit maag tentunya, maka malam ini sepulang menunaikan tugas di kantor aku sengaja berbaring-baring saja di ranjang dengan harapan keadaan akan membaik tanpa perlu minum obat segala. Maksud hati ingin mengadu kekuatan antara antibodi dan virus pilek.

Alunan musik dari DVD player menemaniku malam ini. Lagu demi lagu mengalun pasti membawa anganku melayang ke masa lalu.

Kamis, 18 Agustus 2011

Sudahkah aku menjadi ragi?

Luk 13 : 18 – 21 (Perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi)


(20) Dan Ia berkata lagi: “Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah?
(21) Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.”

Dari jaman dahulu sampai dengan sekarang, orang membuat roti dicampur dengan ragi dengan tujuan menjadikan roti tersebut mengembang (tidak bantat), sehingga bisa menghasilkan lebih banyak roti dan tampilannya menjadi lebih sedap dipandang. Pemakaian ragi dapat mempengaruhi hasil akhir dari roti. Tanpa ragi, roti yang dihasilkan lebih sedikit dan penampilan roti terasa kurang bagus.

Senin, 15 Agustus 2011

“Mbak, kenapa kok orang Kristen itu kalo makan sambil berdiri?”


 
Pada suatu saat aku berkesempatan menemani adik-adik sanggar yang diundang untuk turut memeriahkan acara perayaan Natal di sebuah gereja yang terletak di wilayah Surabaya Barat. Adik-adikku yang selama ini merupakan anak-anak dampingan dari yayasan yang berkecimpungan dalam pendampingan anak-anak pinggiran ini mendapat kesempatan menyuguhkan tarian dan nyanyian mereka.

Ketika acara makan tiba, kami langsung menuju ke meja-meja yang diletakkan di dekat pintu masuk aula, untuk mengambil makanan yang sudah dihidangkan secara prasmanan sejak awal acara.

Jika aku menjadi penjual jagung serut keju…

Kami bertiga duduk terdiam di tepi jalan sambil mengamati kendaraan yang lalu lalang di jalan yang tidak terlalu lebar itu. Karena kami hanya membawa sebuah dingklik plastik, maka kami pun bergantian duduk. Yang tidak kebagian duduk di dingklik plastik ya cukup jongkok, atau duduk diatas kotak es batu.

Mission Impossible vs 3B + 1P

Tiga bulan berlalu sudah sejak berakhirnya Festival Merah Merdeka. Menyisakan pengalaman tak terlupakan akan suka duka sebuah perjuangan. Dan, sebuah pengalaman iman yang membuatku tergelitik untuk mengangkatnya dalam tulisan ini.

Suatu malam, saat sedang enak-enakan bersantai di kamar kos, nonton TV sambil tidur-tiduran, HPku berbunyi dan tulisan ‘1 message received” terpampang disana. Segera kubaca pesan yang dikirim oleh seorang teman relawan di sanggar. Sebuah undangan rapat. Kulihat jam berbentuk anjing diatas lemari, pukul 20.30. Dengan segera aku melesat memacu motorku.

Cintaku pada Yesus hanya dibibir saja

Tulisan ini kubuat untuk:
  • Diriku sendiri – sebagai pengingat ketika suatu saat aku mengalami hal serupa.
  • Teman-temanku yang sedang berjuang, yang mungkin saat ini sedang merasa ‘lelah’. Mudah-mudahan tulisan ini dapat memberikan semangat dan membantu untuk bangkit kembali.


Sekali lagi aku terbaring lemas diatas kasur bersprei putih, dengan selang infus menancap di punggung telapak tangan kiriku.

Guru-guru kecilku

Hampir dua minggu lamanya aku tidak datang ke sanggar. Aku memilih untuk menarik diri sejenak dari keramaian dan menyepi di kamar kos. Dalam kesendirianku aku berharap dapat menenangkan diri dan berpikir lebih jernih dalam menghadapi keruwetan yang kurasakan akhir-akhir ini. Tapi tetap saja belum kutemukan jalan keluar untuk masalah-masalahku yang menumpuk jadi satu, seperti gulungan benang kusut dan ruwet. Ditambah lagi kegagalan demi kegagalan yang kurasakan, yang membuatku semakin terpuruk di lubang gelap paling dalam.

Cahaya

Gadis itu duduk disampingku. Tak bersuara. Kepalanya tertunduk. Wajahnya sejajar dengan lantai teras. Tak ada gerakan berarti yang ia lakukan. Hanya sesekali mempermainkan kuku-kuku jarinya.

Kulihat jam tanganku. Lima menit berlalu sejak kami duduk di bangku panjang ini dalam diam. Aku pun tak sabar lagi. Kubuka percakapan dengan suara tersendat. “Jadi, akankah kau diam saja?”

Gadis itu, Cahaya, mengangkat wajahnya yang tanpa ekspresi sambil menoleh kearahku. Tak ada cahaya yang bersinar dari matanya. Yang kutangkap hanyalah kegelisahan.