Laman

Sabtu, 12 November 2011

Berikanlah dengan cuma-cuma...

Mat 10 : 5 – 15 (Yesus mengutus keduabelas rasul)

(8) Sembuhkanlah orang sakit; …. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. 
(9) Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. 
(10) Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju 2 helai; kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.


Dalam perenungan saya, Yesus mengutus saya untuk menyampaikan kabar keselamatan kepada semua orang, baik yang kaya maupun yang miskin. Gambaran orang sakit dalam ayat 8 adalah orang yang menderita, tidak berdaya, dan membutuhkan bantuan orang lain. Tidak hanya orang yang sakit secara fisik, tapi juga termasuk orang yang berkekurangan/miskin dan terpinggirkan. Sedangkan dalam ayat 9 dan 10 Yesus meminta saya untuk tidak kuatir mengalami kekurangan, melainkan percaya akan penyelenggaraan ilahi.

Pada Pekan Suci tahun 2010 lalu saya mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan perintah Yesus dalam ayat 8, 9, dan 10 tersebut.


Sudah umum terjadi di setiap gereja, yaitu pada Pekan Suci gereja pasti penuh dengan umat yang datang beberapa jam sebelum misa dimulai. Parkiran kendaraan sudah pasti antri dan penuh. Karenanya saya memutuskan datang ke gereja dengan tidak membawa motor, tetapi naik becak yang biasa mangkal di dekat kos saja untuk lebih praktisnya. Selain agar saya tidak perlu repot antri lama-lama di parkiran dan untuk mengejar waktu sehingga saya kebagian tempat duduk didalam gereja, saya juga berpikir dengan naik becak maka hitung-hitung saya beramal kepada bapak becak tersebut dengan cara memberikan pendapatan kepadanya. Karena ini adalah hari-hari yang spesial dan anggap saja ini termasuk salah satu bentuk APP maka saya berpikir untuk memberikan ongkos yang lebih dari biasanya.      

Kalau biasanya dari kos ke gereja tarifnya Rp. 7000,- untuk sekali jalan, maka waktu itu saya memutuskan untuk membayar Rp. 10.000,-, jadi PP Rp. 20.000,-. Kalau ditotal, untuk uang becak saja Rp. 20.000,- x 4 hari (Kamis Putih, Jum’at Agung, Malam Paskah, Minggu Paskah) yaitu Rp. 80.000,- Belum termasuk uang kolekte selama 4 hari berturut-turut tersebut. Padahal setelah saya hitung-hitung, jumlah uang yang tersisa dari gaji saya waktu itu tidak akan mencukupi sampai dengan waktu gajian selanjutnya.

Saya sempat kuatir, bagaimana kalau uang saya sudah habis sebelum waktu gajian tiba. Bagaimana saya bisa membeli makanan sehari-hari? Tapi kemudian saya berpikir, kalau saya berniat untuk memberi maka saya harus ikhlas. Kalau mau memberi ya memberi saja, persoalan yang lain urusan belakangan saja, apa yang akan terjadi biarlah terjadi. Akhirnya saya memantapkan hati saya untuk memberikan ongkos lebih kepada bapak becak tersebut dan berusaha untuk tidak kuatir lagi. Ada kelegaan dan sukacita setelah saya berhasil melakukannya, apalagi melihat ekspresi bapak becak yang senang waktu menerima ongkos lebih.

Uang yang saya miliki adalah pemberian Allah secara cuma-cuma. Hanya karena belas kasihanNyalah saya bisa memiliki pekerjaan dan penghasilan. Karenanya, saya juga harus menyalurkan berkat dariNya kepada orang lain yang membutuhkan secara cuma-cuma pula tanpa kuatir berkekurangan.

Setelah saya berhasil melakukan semua itu, apa yang dijanjikan Yesus sungguh terjadi. Dia tidak membiarkan saya berkekurangan. Penyelenggaraan Ilahi sungguh saya alami waktu itu. Waktu itu mama dari seorang teman kos datang untuk menginap selama 1 bulan di kos saya. Tante itu hobi memasak dan setiap hari membagikan masakannya kepada saya, sehingga saya tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli makanan sehari-hari. Pada akhirnya, uang yang tersisa waktu itu mencukupi sampai dengan waktu gajian tiba dan saya tidak kekurangan makanan maupun kebutuhan lainnya.


(Tulisan ini adalah salah satu Tugas Sharing dalam Kelas KP3I yang saya ikuti di Paroki St. Vincentius a Paulo, Surabaya)



2 komentar:

  1. Wah sharing yang menarik..... percaya bahwa yang diatas akan selalu memperhatikan umatnya supaya tidaklah berkekurangan

    amin

    BalasHapus