Laman

Sabtu, 20 Agustus 2011

Aku telah memilihMu

Hari ini tanpa permisi terlebih dahulu, virus pilek datang bertamu mengunjungiku. Seperti jelangkung, datang tak dijemput pulang tak diantar.

Akhirnya, karena sejak dahulu kala pilek adalah salah satu pengapesanku, selain sakit maag tentunya, maka malam ini sepulang menunaikan tugas di kantor aku sengaja berbaring-baring saja di ranjang dengan harapan keadaan akan membaik tanpa perlu minum obat segala. Maksud hati ingin mengadu kekuatan antara antibodi dan virus pilek.

Alunan musik dari DVD player menemaniku malam ini. Lagu demi lagu mengalun pasti membawa anganku melayang ke masa lalu.
Mengingatkanku pada orang-orang yang pernah hadir di kehidupanku, yang pernah singgah dalam hatiku. Orang-orang yang pernah meninggalkan jejak dalam relung hatiku.  Orang-orang yang pernah menawarkan cintanya maupun orang-orang yang pernah kucinta.

Anganku melayang kembali pada saat-saat pertama kali aku mengenal sebuah perasaan yang misterius, CINTA. Sembilan tahun adalah usia yang begitu dini, tapi panah cupid sudah menancap di hatiku dan membuatku merasakan apa yang disebut Cinta Monyet.

Cinta monyet pertamaku adalah seorang anak laki-laki yang manis. Begitu tampan, sopan, ramah dan rendah hati. Hal sederhana yang dilakukannya telah meninggalkan jejak tak terhapus dalam hati ini meski mungkin dia tak pernah mengingatnya lagi. Dibawah rintik-rintik hujan sore itu, diatas jembatan itu, dia datang kepadaku bersama payungnya. Sepayung berdua menyusuri jalanan dekat sekolah menciptakan beberapa menit yang begitu indah.

Tahun berganti tahun. Banyak adam datang dan pergi. Baik yang sekedar lewat maupun yang singgah di hatiku. Tapi malam ini, aku baru menyadari, bahwa ternyata hanya ada dua adam yang membuat hati ini sungguh-sungguh mencinta.

Dia yang telah membuat aku berharap dalam penantian panjang, adalah adam pertama yang datang menebarkan benih cinta dalam hati ini. Adam yang tampan, sopan, ramah, dan rendah hati. Benih yang ditanam dalam waktu seratus hari membuahkan penantian dan pengharapan selama dua ribu hari.

Tuhan, aku ingin dia. Tuhan, persatukanlah cinta kami.

Seruan-seruanku tak pernah digubrisNya. Harapan-harapan palsu aku ciptakan sendiri. Mata kupejamkan erat-erat. Telinga aku tutup rapat-rapat. Hidup dalam dunia khayalan yang semu.

Tahun terus bergulir hingga aku bertemu dirinya. Dia yang memandangku dengan mata teduhnya. Suaranya membawa kedamaian dalam hati. Adam yang tampan, sopan, ramah, dan rendah hati.

Pertemuan yang singkat di penghujung tahun itu telah meninggalkan kesan mendalam dan tak terlupakan. Hari berganti hari, pertemuan demi pertemuan semakin memupuk benih-benih cinta dalam hati ini, membuatnya tumbuh semakin subur.

Perasaan ini pun terluap melalui alunan lagu. Lagu yang sama. Lagu yang menyapaku kembali malam ini. Yang membuat anganku kembali kepadanya.

Adamku yang kedua pun hanyalah bayangan semu. Aku hanya bisa melihatnya tapi tak bisa meraihnya. Jiwa ini kembali menangis.

Tak perlu waktu yang lama untuk melepasnya...untuk mengikhlaskannya pergi...meski sejujurnya hati ini masih merindu. Sebab aku telah memahami satu hal, Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Rm 8 : 28).

Hatinya memang bukan untukku, tapi kehadirannya telah menuntunku berjalan menuju pencarian arti hidup yang sesungguhnya...mengajakku untuk membuka lembaran baru dalam hidup ini. Aku tahu dia telah memilih. Aku pun telah memilih. 

Dulu aku selalu menangis. Merasakan berat. Selalu bertanya kepadaNya mengapa dia yang begitu sempurna dimataku tak juga diberikanNya kepadaku? Yang buruk tak Kau berikan kepadaku, yang baik pun tak Kau ijinkan aku untuk memiliki. Mau apa sebenarnya Engkau, Tuhan???

Akupun menemukan jawabanNya melalui alunan lagu...

Indah rencanaMu Tuhan
Didalam hidupku
Walau ku tak tahu
Dan ku tak mengerti semua jalanMu

Dulu ku tak tahu Tuhan
Berat kurasakan
Hati menderita
Dan ku tak berdaya, menghadapi semua

Tapi ku mengerti s’karang
Kau tolong padaku
Kini ku melihat dan ku merasakan
Indah rencanaMu

Kini, saat aku mendengar alunan lagu ini, aku selalu tersenyum... sebab memang indah yang kulihat dan kurasakan saat ini...

Aku telah memilihMu... Engkau yang tak kalah lemah lembut dan rendah hati.  Jika Engkau mau, jadikanlah aku mempelaiMu...


**Surabaya, 8 Agustus 2011**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar