Laman

Senin, 15 Agustus 2011

Mission Impossible vs 3B + 1P

Tiga bulan berlalu sudah sejak berakhirnya Festival Merah Merdeka. Menyisakan pengalaman tak terlupakan akan suka duka sebuah perjuangan. Dan, sebuah pengalaman iman yang membuatku tergelitik untuk mengangkatnya dalam tulisan ini.

Suatu malam, saat sedang enak-enakan bersantai di kamar kos, nonton TV sambil tidur-tiduran, HPku berbunyi dan tulisan ‘1 message received” terpampang disana. Segera kubaca pesan yang dikirim oleh seorang teman relawan di sanggar. Sebuah undangan rapat. Kulihat jam berbentuk anjing diatas lemari, pukul 20.30. Dengan segera aku melesat memacu motorku.

Ketika aku sampai di sanggar, orang banyak yang 90% wajahnya tidak kukenal sudah berkumpul. Nampaknya rapat sudah dimulai dan mereka sedang membicarakan soal rencana pameran lukisan. Wah, nampaknya aku satu-satunya orang yang tidak tahu-menahu soal rencana ini. Alhasil, dari hasil rapat yang ternyata adalah rapat pembentukan panitia pameran lukisan yang akan diadakan sanggar dalam rangka penggalangan dana, aku pun dinobatkan menjadi sie dana. Hmm… Aku hanya bisa berkata, “Lhoo…kok…?!?!”

Tidak banyak yang bisa kukatakan waktu itu. Tanpa adanya pengalaman terlibat dalam kegiatan penggalangan dana sama sekali, apalagi menjadi sie dana, yang dalam bayangkanku adalah seksi yang harus ‘meminta-minta belas kasihan donatur sambil menebalkan muka dan berbesar hati mengalami penolakan’, sedangkan aku adalah orang yang gengsian untuk meminta dan paling tidak bisa kalo disuruh mengolah kata dan mengambil hati, maka aku hanya bisa tertegun dan pasrah. Tidak hanya alasan itu saja, deadline yang sangat pendek membuatku merasa saat itu kayaknya aku sedang menjadi artis dalam film “Mission Impossible”.

Hanya satu hal yang sedikit menjadi penghiburan untukku, kalimat yang sering kudengar dari orang-orang religius dan para pengkotbah, “Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya kepadaNya.” Hmm… apakah aku bisa menjadi salah satu orang yang percaya itu ya??? Akhirnya, sepenggal lirik lagu dari Bondan Prakoso yang terlintas, “Ya sudahlah…”

Sesampainya di kos, jam sudah menunjukkan lewat tengah malam. Biasanya jam segini aku sudah terbang ke alam mimpi, tapi waktu itu kuputuskan meraih seuntai rosario dan berdoa. Ya, apalagi yang bisa kulakukan selain memohon belas kasihanNya? Seperti anak kecil yang merengek-rengek pada ayah ibunya supaya dibelikan mainan, aku pun menjadi anak yang merengek-rengek pada Bapa dan Bundaku untuk diberi pertolongan. Berserah. Itu yang harus kulakukan. Bisakah???

Jam sudah menunjukkan pukul 03.00 dan aku masih glibak glibek diatas kasur. Mata belum juga terpejam. Oh pleaseee…. Besok aku harus masuk kerja nih

Proposal yang tak kunjung kelar dan deadline yang hanya tersisa dalam hitungan minggu membuatku frustasi. Nada suara yang meninggi mulai muncul dalam rapat. Maaf ya teman-teman…

Akhirnya…proposal jadi sudah. Angka yang muncul dalam kolom kebutuhan dana 60 juta-an. What??? 3 orang sie dana (akhirnya dapat teman juga yang mau jadi korban hehehe…) harus mencari duit 60 juta dalam waktu kurang dari sebulan? Maksudnya??? Aoa jual ginjal aja ya? Hehehe… Ya sudahlah…apa mau dikata. Berdoa rosario dan misa harian yang semakin gencar menjadi satu-satunya senjataku. Pernah aku berkata pada ketua panitia, “Kayaknya seluruh penghuni surga sampe bosen deh ndengerin rengekanku.” Hehehe…

Cobaan tak berhenti sampai disitu. Karena adanya masukan dan beberapa pertimbangan yang katanya demi kebaikan bersama, akhirnya diputuskan acara dirombak total. Dan itu berarti berjilid-jilid proposal yang sudah jadi, yang kami garap berminggu-minggu sampe dibelain begadang & nggak masuk kerja jadi terbuang dan harus diulang lagi dari awal. Jedieerrrr!!!! Cuaca nggak hujan tapi kok ada petir yang menyambarku ya???

“Romo, apakah Tuhan tidak menghendaki rencana kita?” Sebuah pertanyaan melalui SMS kuajukan kepada Penanggungjawab Acara Festival Merah Merdeka. “Kenapa hal ini terjadi di saat-saat terakhir?”

Akhirnya, dua hari sebelum libur Lebaran proposal jadi sudah. Dengan angka kebutuhan dana berkurang hampir 50%. Berarti hanya tersisa waktu 19 hari sebelum hari pembukaan pameran untuk menyebarkan proposal dan mengumpulkan dana. Dan selama satu minggu atau hampir dua minggu kedepan akan banyak orang dan perusahaan yang akan libur Lebaran. Bagus. Lengkap sudah penderitaan. Apalagi yang bisa dilakukan? Tentu saja 3B + 1P. Berdoa, Berusaha, Berserah. Percaya. Hanya itu.

Tidak terlalu sulit untuk berdoa dan berusaha. Tapi untuk berserah dan percaya, amatlah sulit dalam keadaan seperti ini. Jatuh bangun, kayak lirik dalam lagu dangdut yang terkenal itu. “Oh Tuhan, ajari aku untuk berserah dan percaya,” Kata-kata itu tak pernah lupa kuucapkan dalam setiap doaku.

Akhirnya, aku benar-benar mengalami sendiri (secara spektakuler) apa yang disebut orang sebagai kuasa doa. Lebih keren lagi biasa disebut MUKJIZAT. Wowww… Dana yang terkumpul mencapai 175% dari kebutuhan anggaran dalam waktu dua minggu. Oh my God, aku jadi terharu biru nih. Thanks a lot...
Terbukti sudah bahwa 3B + 1P (BERDOA, BERUSAHA, BERSERAH, DAN PERCAYA) merupakan resep yang manjur. Selain kami bertiga, teman-teman panitia yang lain juga membantu mencarikan dana. Dan yang pasti CAMPUR TANGAN TUHAN DAN BUNDA MARIA lah yang menyempurnakannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar