Laman

Senin, 24 Oktober 2011

Dimatanya aku adalah seorang pemberontak...

“Goblok kamu itu! Mau jadi apa kamu? Kamu kok mau dibohongi oleh orang-orang pintar itu? Tidak mungkin kamu bisa kembali lagi ke Jawa. Bagaimana masa depanmu? Kalau hanya mendapat makan, untuk apa? Apa yang dibanggakan? ”

Kudengarkan saja kata-kata yang meluncur pedas dari seorang wanita di seberang sana. Kalimat-kalimat yang terucap di sela-sela tangisnya membuat hatiku pilu. Aku kuatkan hatiku. Aku tidak tahu lagi harus berkata apa. Aku hanya berkata dalam hati, “Roh Kudus, bantu aku...”


Sebenarnya aku sudah bisa menduga bahwa wanita itu akan bereaksi seperti itu. Tapi untuk sekali lagi aku nekad menyampaikan maksud hatiku kepadanya, karena aku berharap kali ini akan ada akhir yang berbeda dan akan ada jawaban “YA” terucap secara ikhlas dari bibirnya untuk mengantar kepergian diriku - yang mencoba untuk mencari kehidupan yang lebih bermakna.

Namun apa yang kudapat? Untuk kesekian kalinya harapanku pupus. Pikiran-pikiran negatif yang memenuhi pikiran wanita - yang selalu membuat air mataku menetes saat mengingatnya - itu membuat segala yang kuucapkan tak sampai menyentuh hatinya. Segala penjelasanku yang kuharapkan bisa membuat hatinya luluh ternyata langsung menguap sebelum sempat masuk ke sela-sela ruang hatinya.

Beberapa menit berlalu. Tak terdengar suara. Tak kudengar isak tangis. Tak ada kata-kata. Hanya hening. Membisu... Akhirnya pembicaraan di telepon pun diakhiri tanpa ada kesepakatan diantara kami. Tanpa restu yang sangat kunanti-nantikan...

***

Seseorang pernah berkata kepadaku, “Bersandarlah pada kehendak Allah dan jangan memaksa.”

Ya, benar! Kurasa hanya ini yang bisa kulakukan saat ini. Jika Ia memang menghendaki aku untuk pergi menyeberangi lautan itu, maka aku akan pergi, entah bagaimanapun caranya.

Aku tahu. Aku mengerti. Semuanya ini harus terjadi karena ia, wanita itu, tidak mengenal Dia. Sehingga ia pun tidak bisa memahami jalan pikiran dan pilihan hidupku. Dimatanya aku adalah seorang pemberontak.  

Ya Allahku, sungguh berat perjalanan untuk mengikutiMu. Ajari aku untuk selalu bersandar pada penyelenggaraan IlahiMu. Berikanlah aku kekuatan untuk tekun dan setia sampai akhir perjalanan ini. Amien.


~ Surabaya, 23 Oktober 2011 ~

3 komentar:

  1. Amin. Km sungguh2 adalah anak pilihan Tuhan yg berkarya demi kemuliaan namaNya. Tiada jalan yg mulus dlm mengikut Tuhan. Tp cintamu padaNya semua akan terbayar pada akhirnya. Terus berjuang Luciele. Terus berkarya, terus menulis. Inspirasikan banyak org dgn perjalanan hdpmu. Hope I can be your friend. Tetap semangat ya. Tuhan selalu berjalan bersamamu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin... Semoga Tuhan juga senantiasa mengiringi langkah Wita...
      I will be glad to be your friend :)

      Hapus
  2. Terima kasih Luciele :-) Nanti kl ada yg request fb atas nama dewita tlg di approve ya.

    BalasHapus