Laman

Rabu, 19 Oktober 2011

Kekuatiran

Luk 12 : 22 - 34 (Hal Kekuatiran)

(28) Jadi, jika rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api demikian didandani Allah, terlebih lagi kamu, hai orang yang kurang percaya!
(29) Jadi, janganlah kamu mempersoalkan apa yang akan kamu makan atau apa yang akan kamu minum dan janganlah cemas hatimu.

Tidaklah mudah mempraktekkan perintah Yesus untuk tidak kuatir dalam perikop diatas, apalagi dalam kondisi kehidupan saat ini dimana segala sesuatu diukur dengan materi. Kekuatiran akan hari esok saya alami sendiri saat ini.

Sebenarnya sudah cukup lama saya menginginkan pekerjaan sebagai fulltimer di sebuah yayasan atau karya sosial. Saya ingin mempunyai hidup yang lebih bermakna dibandingkan bekerja di sebuah perusahaan yang saat ini saya lakukan.
Saya ingin bisa melayani sesama yang membutuhkan secara total. Namun sampai saat ini saya belum berani untuk mewujudkannya karena saya masih kuatir akan kehidupan saya setelah saya melepaskan pekerjaan saya saat ini. Menjadi fulltimer dengan gaji kecil membuat saya kuatir bagaimana saya bisa memenuhi kebutuhan hidup saya kelak. Dengan gaji saya saat ini saja saya merasa pas-pasan apalagi dengan gaji fulltimer yang hanya setengah atau bahkan sepertiganya. Apalagi seorang teman pernah berkata pada saya bahwa uang bukanlah segala-galanya tapi segala-galanya butuh uang!

Dalam Lukas 12 : 22 – 34 dengan jelasnya Yesus berkali-kali meminta kita untuk tidak kuatir, tidak cemas, tidak takut. Yesus juga menjanjikan pemeliharaan Allah sehingga kita tidak akan berkekurangan. Namun begitu sulitnya bagi saya untuk melaksanakannya. Seperti apa yang dikatakan Yesus dalam ayat 28 dan 29, saya mencemaskan dan mempersoalkan kebutuhan hidup saya (makan dan minum) karena saya kurang percaya akan janji pemeliharaan Allah. Saya hanya berpikir secara logika, secara manusiawi.  

Saya ingin bisa mewujudkan mimpi saya menjadi fulltimer dan saya ingin untuk tidak kuatir lagi. Karena saya menyadari kelemahan dan keterbatasan iman saya, maka saya selalu berdoa pada Allah agar saya dimampukan untuk percaya sehingga saya tidak kuatir lagi akan masa depan dan agar saya bisa berserah pada kehendak dan penyelenggaraan Ilahi.

Saya ingin mengajak saudara sekalian yang masih memiliki kekuatiran seperti saya dalam hal apapun itu untuk berdoa memohon rahmat Allah agar iman kita semakin ditambahkan sehingga kita bisa percaya pada janjiNya dan tidak mengandalkan perhitungan manusiawi. 


(Tulisan ini adalah salah satu Tugas Renungan dalam Kelas KP3I yang saya ikuti di Paroki St. Vincentius a Paulo, Surabaya)  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar