Laman

Sabtu, 21 April 2012

Dia menyapaku dalam sakit...


Aku berada dalam keadaan antara sadar dan tidak. Kurasakan nyeri di bagian ulu hatiku. Mataku masih terpejam. Rasanya seperti mimpi tapi rasa sakit ini terasa begitu nyata. Akhirnya setelah beberapa menit berlalu, kesadaran penuh mulai menghinggapiku. Rasa nyeri masih terasa. Oh...tidak!!! Sakit maagku kambuh. Itulah yang pertama kali singgah di pikiranku saat rasa nyeri ini tak juga sirna setelah kutunggu beberapa saat.


Kulihat jam diatas meja, waktu menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Oh...tidak!!! Kenapa selalu sakit menyerangku pada jam-jam segini? Pada jam-jam orang normal masih terlelap.

Kutunggu beberapa saat sambil tetap berbaring diatas kasur. Berharap rasa nyeri ini segera mereda. Ternyata harapanku tidak terkabul. Rasa nyeri ini semakin hebat dan aku semakin tidak tahan. Akhirnya aku pun berjalan menuju lemari es yang ada di depan kamarku. Aku ingat ada obat maag yang biasa kukonsumsi jika sakit maag menyerangku. Sebenarnya obat itu milik seorang teman kos yang sedang mudik, tapi karena sudah tak tahan lagi akhirnya aku pun mencuri minum obat itu.

Bukannya semakin mereda, tapi rasa mual dan rasa melilit semakin kurasakan. Aku pun keluar masuk kamar mandi mengeluarkan isi perutku dari atas dan bawah...alias muntah-muntah dan diare berkali-kali. Oh...tidak!!! Sepertinya sakitku serius. Penyakit langgananku kembali menyerangku setelah sekian lama tidak kambuh. Gejala semacam ini sudah beberapa kali menyerangku, membuatku beberapa kali keluar masuk UGD dan sudah 4 kali menyebabkan aku harus dirawat inap di rumah sakit. Dua kali divonis infeksi saluran pencernaan, sisanya thypus. Oh...tidak!!! Jangan-jangan aku kena thypus lagi untuk ketiga kalinya??? Yang benar saja... Harus opname lagi??? Oh...tidaaakkk!!!  

Aku pun mengingat-ingat...kenapa ya kok aku bisa tiba-tiba sakit seperti ini lagi? Yang aku ingat terakhir kali aku makan penyetan di sanggar. Apa gara-gara itu ya? Padahal biasanya aku makan juga nggak kenapa-napa. Apa gara-gara masuk angin ya? Beberapa hari terakhir ini kan memang aku kehujanan terus gara-gara malas pakai jas hujan. Ah entahlah...aku tidak tahu. Yang aku tahu dengan pasti adalah tubuhku semakin melemah karena dehidrasi. Setiap cairan yang masuk kedalam lambungku hanya bertahan beberapa menit saja, lalu dengan suksesnya keluar lagi berupa muntahan. Isi lambungku benar-benar sudah terkuras habis, buktinya hanya cairan asam lambung yang kumuntahkan. Berjalan pun sudah tidak bisa tegak lagi, membungkuk-bungkuk seperti udang karena menahan rasa nyeri di ulu hati. Obat ‘curian’ yang kuminum berkali-kali tidak menunjukkan reaksi apa-apa. Hiks...

Aku tak tahu harus melakukan apa. Teman-teman kosku pada mudik semua. Apakah aku harus membangunkan ibu kosku pada jam segini? Sungkan sekali rasanya. Ataukah aku harus menelepon kakakku? Aku bingung dan kesakitan. Karena tak tahan akhirnya aku pun menangis. Aku menangis dalam kesendirian dan kesakitanku. Aku pun mulai berdoa mohon Tuhan meredakan sakitku ini.

Tiba-tiba terbersit pertanyaan dalam pikiranku. Apakah Tuhan sedang menegurku saat ini? Beberapa hari terakhir ini memang aku tidak berdoa malam sebelum tidur. Karena rasa capek dan mengantuk akibat beraktivitas sepanjang hari, maka aku pun memilih langsung tidur dan malas menyapaNya dalam doaku. Ucapan terima kasih atas penyertaan dan perlindunganNya di sepanjang hariku walaupun sepatah katapun tidak ada. Aku berpikir, ahh...Tuhan pasti memaklumi.

Tapi apa yang terjadi saat ini? Disaat aku mengalami sakit aku mulai berdoa padaNya, merengek-rengek mohon kesembuhan padaNya. Padahal saat aku sedang sehat meluangkan waktu semenit pun enggan. Pasti Tuhan berkata, “Lalu kemana saja kau selama ini nak? Kok setelah sakit sekarang baru datang kepadaKu?” Ahh...aku malu sekali.

Tuhan, aku menyesal. Aku kapok. Kasihani dan ampunilah aku, ya Allahku. Aku berjanji tidak akan malas berdoa lagi. Meski capek dan mengantuk aku akan menyempatkan diri untuk menyapaMu dalam doa. Demikian kuserukan penyesalan dan janjiku berulang-ulang dalam doaku malam ini.

Aku tidak tahu apakah memang benar Tuhan sedang menegurku melalui sakitku ini. Tapi yang pasti aku sudah disadarkan melalui sakitku. Bahwa seringkali aku datang kepadaNya hanya disaat aku sedang membutuhkan pertolonganNya. Tetapi pada saat aku sedang sehat, sedang gembira, sedang merasa cukup, aku seringkali tidak ingat padaNya, mulai melupakan doa, mulai menjauh dariNya. Ahh...sungguh memalukan. Tuhan hanya sebagai tambal butuh saja. Ampunilah aku, ya Allah...aku menyesal...


** Memori 5 April 2012 **


Tidak ada komentar:

Posting Komentar