Laman

Rabu, 03 Juli 2013

Filosofi Kawat Gigi

Bagiku, menggosok gigi merupakan ritual sehari-hari yang paling malas aku lakukan saat ini. Namun selain merupakan hal paling malas untuk aku lakukan, menggosok gigi merupakan hal wajib yang tidak pernah absen kulakukan. Dalam sehari minimal 3 kali aku menggosok gigi. Mengapa aku rajin sekaligus malas menggosok gigi? Tidak lain dan tidak bukan karena alasan kawat gigi. Apa hubungannya coba?



Sejak 4 tahun yang lalu aku memakai kawat gigi atau yang juga disebut dengan behel. Memang sudah sekitar 1 bulan ini behelku dilepas karena dianggap sudah mencapai hasil yang maksimal dan diganti dengan kawat retainer. Namun justru dengan memakai kawat retainer rasanya menjadi lebih ribet. Setiap kali makan harus dilepas dan setiap kali menggosok gigi aku pun harus ikut menggosok kawat tersebut. 2 kali kerja deh. Belum lagi sebelum menggosok gigi aku harus membersihkan sisa makanan yang tersangkut di sela-sela gigiku yang masih renggang akibat bekas pemakaian ring dengan memakai benang gigi. Rempong nggak sih???



Namun apa mau dikata, semua ini dengan ikhlas aku lakukan demi hasil terbaik untuk kerapian dan kesehatan gigiku. Kata orang, wanita rela menderita demi tampil cantik. Ya nggak sih? Kalau menurutku sih memang begitu... Buktinya aku sendiri. Hehehe...



Di suatu pagi dalam bulan Juni 2013, saat sedang asyik menggosok gigi dan kawat gigiku, sebuah refleksi sehubungan dengan kawat gigi mendadak terbersit dalam benakku. Dan akhirnya aku menuangkan dalam tulisan ini dan menamainya dengan Filosofi Kawat Gigi. Ya elah... ada-ada aja ya??? Hehehe... Nggak papa deh, siapa tahu berguna bagi orang lain yang kebetulan membacanya.



Tulisan ini tentunya akan sangat mudah dipahami oleh mereka yang pernah memakai kawat gigi. Namun bagi mereka yang belum pernah, aku akan berusaha untuk menjelaskan secara rinci agar dapat membayangkannya sehingga memahami maknanya.



***



Bagiku, proses perapian gigi dengan menggunakan kawat gigi sama cara kerjanya dengan proses pembentukan yang dilakukan oleh Allah terhadapku. Sesuai pengalamanku, proses perapian gigiku memakan waktu yang sangat lama yaitu 4 tahun plus plus, serta cukup menyakitkan karena proses penghancuran tulang rahang secara perlahan yang terjadi, dan disertai dengan pengorbanan. Selain pengorbanan uang tentunya, aku harus mengorbankan 6 buah gigiku untuk dicabut.  Mulai sejak awal proses pencabutan gigi, pencetakan kawat gigi, sampai dengan saat ini pun aku terus mengalami rasa sakit dan tidak nyaman.



Sebagai permulaan, 6 buah gigiku harus dicabut agar terdapat space (tempat) yang cukup untuk penataan gigi. Hal ini disebabkan oleh beberapa gigiku yang ukurannya cukup besar dan rahangku tidak dapat menampung semua gigiku. Makanya gigiku tumbuh tidak beraturan dan saling menumpuk. Saat pencetakan kawat gigi, aku harus membuka mulut lebar-lebar dan dokter menekan alat cetakan yang terbuat dari logam hingga mengenai gusiku, sakit sekali rasanya. Selanjutnya, adalah proses pemasangan 4 buah ring pada gigi gerahamku. Gigiku yang rapat harus direnggangkan dengan cara memasukkan karet kecil berwarna biru di sela-sela gigi. Sakitnya luar biasa. 2 minggu pertama sejak pemasangan karet tersebut aku tidak bisa mengunyah makanan akibat rasa sakitnya. Berat badanku langsung turun drastis. Setelah terdapat sela untuk memasang ring, 4 buah ring yang terbuat dari logam pun dipasang dengan cara ditekan kuat-kuat. Pinggiran logam pun menekan gusiku. Sakitnya pun teramat sangat. Kemudian kawat gigi pun dipasang. Selama beberapa minggu pertama sejak pemasangan, aku mengalami kesulitan makan, kesulitan menggosok gigi, dan kesulitan mingkem rapet. Semuanya tentu saja karena rasa sakitnya. Belum lagi lapisan dalam mulutku menjadi lecet-lecet karena pergesekan dengan bracket (logam kotak-kotak kecil) yang menempel di setiap gigiku. Setiap satu bulan sekali aku harus kontrol ke dokter gigi dan harus rela antri serta mengeluarkan uang. Belum lagi, sehabis kontrol aku pasti kesulitan makan karena rasa sakit yang timbul akibat kawat gigi yang dikencangkan. Semuanya itu harus aku alami selama 4 tahun. Tidak cukup sampai disitu, saat melepaskan bracket dan ring pun menjadi saat yang menyakitkan. Bracket dan ring yang menempel kuat di gigiku cukup sulit untuk dilepas sehingga dokter harus 'memaksa' untuk menariknya dan sakitnya minta ampun. Gigi-gigiku hampir copot rasanya. Belum lagi sampai saat ini aku pun masih harus kontrol untuk mengencangkan kawat retainerku yang longgar.



Ya begitulah perjuangan dan pengorbanan yang harus kulakukan untuk mendapatkan gigi yang rapi. Namun, dibalik semua hal yang tidak mengenakkan itu, setiap bulannya aku merasa kagum menyaksikan setiap perubahan yang terjadi pada gigi geligiku. Gigi taring sebelah kiri atasku yang semula gingsul, secara bertahap mulai turun dan menempati posisi normalnya. Kedua gigi taring sebelah bawahku yang semula dalam posisi tidur, secara perlahan menjadi tegak. Gigi geligiku yang lain yang semula tidak kompak alias maju mundur, secara menakjubkan mundur teratur dan menjadi rata.



***



Demikian halnya dengan proses pembentukan yang dilakukan Allah terhadapku. Melalui berbagai masalah dan kesulitan dalam hidup, sebenarnya Allah sedang ‘merapikan dan membentuk’ pribadiku. Dia membentukku menjadi pribadi yang lebih baik. Memang membutuhkan waktu yang panjang dan tidak serta merta langsung terlihat hasilnya dalam waktu yang singkat. Selama proses itu berlangsung, banyak rasa sakit yang kurasakan dan banyak air mata tertumpah. Konflik dengan teman, keluarga, dan rekan kerja; patah hati; pengkhianatan oleh teman dan pacar; dimarahi oleh atasan dan orang tua; masalah keuangan; masalah pekerjaan; salah pergaulan; kesalahan yang kulakukan; kegagalan; dan masih banyak lagi...semuanya itu mengakibatkan rasa sakit. Namun, semuanya itu merupakan pelajaran dan pengalaman berharga bagiku. Melalui semua itu, secara bertahap aku ‘dibentuk’ dan diharapkan menjadi pribadi yang lebih matang, dewasa, kuat, bijaksana, rendah hati, ikhlas, dan mampu membantu orang lain melalui pengalaman hidupku.



Setelah proses perapian gigi menggunakan kawat gigi (behel) selesai, aku masih harus menggunakan kawat retainer selama 3 tahun. Hal itu bertujuan untuk menjaga agar gigi geligiku tidak kembali ke posisi semula, melainkan tetap rapi. Juga memaksimalkan lagi perapian gigi setelah ring dilepas. Demikian halnya dengan manusia. Setelah mengalami proses ‘pembentukan dan perapian’ melalui berbagai kesulitan dan masalah dalam hidup dan dikatakan berhasil - yaitu kita menjadi pribadi yang lebih baik, jika tidak dijaga maka kita dapat secara perlahan kembali menjadi pribadi yang semula. Bagiku, kita harus tetap memakai kawat retainer yang berupa Doa, Firman Allah, dan Misa Kudus. Ketiganya merupakan sumber kekuatan untuk melawan godaan si jahat yang ingin memaksa kita kembali ke pribadi lama yang kurang baik. Ketiganya juga dapat mengubahkan kita menjadi pribadi yang lebih baik dan berkenan dihadapanNya.               



Memakai kawat retainer memang rasanya tidak mengenakkan. Mengganjal di mulut, bicara menjadi sedikit cedal, ribet. Sama halnya dengan berdoa, membaca Firman Tuhan, dan mengikuti Misa Kudus. Kita harus mengorbankan waktu dan menjadi lebih ribet. Rasanya lebih mengasyikkan tidur, nonton film, JJS dan ngerumpi di mall bareng teman-teman, atau ngeksis di jejaring sosial deh. Tapi semuanya itu perlu kita lakukan demi kebaikan kita. Jika aku tidak disiplin dalam memakai kawat retainer, dapat dipastikan gigi geligiku akan kembali menjadi tidak rapi karena akar gigiku belum kokoh tertanam dalam tulang rahangku. Demikian halnya jika kita tidak disiplin dalam berdoa, membaca Firman Tuhan, dan mengikuti Misa Kudus. Dapat dipastikan kita akan goyah dan mudah tergoda untuk kembali menjadi pribadi yang kurang baik.



So, mari kita budayakan disiplin... hehehe...





Surabaya, 3 Juli 2013





     



    

3 komentar:

  1. Kondisi tidak ratanya gigi kakak itu sangat parah ya kak?

    Kok sampai 6 gigi dicabut ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seharusnya 4 gigi saja yang harus dicabut, namun karena 2 geraham bawah paling belakang sudah diangkat karena tumbuh miring dan tidak muncul di permukaan gusi, maka dokter menyarankan 2 geraham atas paling belakang juga harus dicabut saat hendak memasang behel agar tidak melorot akibat tidak ada gigi yang menahan. Begitu...

      Hapus
  2. halo, bisa minta fotonya before after

    BalasHapus